KONSER SUARA UNTUK NEGERI


Hasil jepret waktu nonton konser Iwan Fals "Suara Untuk Negeri' feat Andra N' The Backbone, Polonia Medan 26 Januari 2014. Ga sia-sia nonton sampai malam... ada juga kenang2an buat dibawa pulang.
Baca Selengkapnya...

CURHAT KE OPUNG

Foto ini diambil pada saat liburan natal 2013. Seperti biasa kami mudik di kampung halaman sambil berkunjung ke keluarga-keluarga dekat. Salah satu keluarga dan kerabat dekat ada di Kecamatan Kolang, punya kebun durian yang ditengahnya terdapat gubuk kecil tempat istirahat yang sebelumnya pernah dijadikan rumah tempat tinggal. Kadang-kadang Mamak Tua ini pun tinggal di situ meski rumah anak-anakya sudah lebih mewah dan tidak jauh letaknya dari gubuk reotnya. Bukan karena anak-anaknya sombong, maklumlah orang-orangtua jaman sekarang tetap lebih memilih tinggal di rumahnya sendiri ketimbang pindah ke rumah anak-anaknya. Meski kadang-kadang harus cuci masak sendiri.

Sekeliling gubuk ini terdapat pohon durian yang bagus dan berbuah banyak. Pada saat kami berkunjung kami bisa  makan durian sepuasnya. Gratisss... hehehe... Setelah makan kenyang Bianda bilang ke Oppung, "Oppung... enak kali makan durian di kebun Oppung ini yaaa... " Sang Oppung hanya tertawa lihat ekspresi Bianda... "Nanti kami sering-sering datang ke sini yaaa... Bolehkan..."  "Bolehh..." kata Oppungnya...
Baca Selengkapnya...

1200 TIKUNGAN SIBOLGA - TARUTUNG DAN SEJARAH BATU LUBANGNYA

BERIKUT ini bukan ceritera trayek jarak jauh Banda Aceh -- Denpasar yang dijelajahi Menteri Perhubungan Rusmin Nurjadin. Cuma sepotong trayek kecil, yang jaraknya pun hampir sama dengan jarak Jakarta-Ciawi, 66 km. Yaitu jalur Sibolga - Tarutung. Bedanya, jarak dua kota di Sumatera Utara tersebut tidak bisa, ditempuh mobil dalam tempo satu jam. Karena mobil harus merayap naik -- kadang-kadang begitu terjal, sampai 40� di KM 5,5. Untuk sampai dengan selamat orang harus sabar dengan makan waktu 3 atau 4 Jam. Selain terjal, keistimewaan lainnya jarak ini mempunyai tikungan sebanyak 1200 buah! Sebelah kiri dibatasi punggung gunung dan di bibir jalan sebelah kanan menganga jurang yang dalam. "Tetapi jalur Sibolga-Tarutung ini bukan gudang kecelakaan," ujar Peltu Rizal yang jadi Komandan Operasi Polantas Kores 211, Tapanuli Tengah. Buktinya, "tahun lalu hanya terjadi 7 kali kecelakaan saja." Jalan yang menanjak dan berkelok, kalau dari Sibolga, tidak memungkinkan pengemudi melepaskan kewaspadaannya. Salah langkah sedikit, juranglah makanannya. "Coba sebutkan, di mana ada jalur jalan yang mempunyai tikungan sebanyak di sini," kata Rizal. "Jadi hanya orang gila yang berani ngebut di situ." Orang Rante Karena itu, banyak supir sebisa-bisa menghindari jalur yang satu ini. Kalau jalur Padangsidempuan-Sipirok-Pahae-Tarutung, oke-lah. Tapi kalau diteruskan sampai ke Sibolga. nanti dulu! Kalau terpaksa lewat juga, supir bis dan keneknya harus memeriksa rem mobilnya lebih dulu. Kalau sudah sampai di Sibolga, apa boleh buat, tampang mobil jadi kotor tidak karuan. Karena terkocok rupanya banyak penumpang memuntahkan isi perutnya tak kira-kira. Pemandangan yang bukan main indah seperti di Teluk Tapiannauli yang tampak mempesona dari Bonan Dolok di Km 9, jadi tak menarik lagi. Jalan yang hebat itu telah ada semenjak jaman Belanda. "Sebetulnya jalan itu sendiri masih muda usianya," ujar S.O. Sianturi, yang di jaman Belanda dulu jadi Mantri Garam I di Balige dan bekas anggota DPRD II Kodya Sibolga hasil Pemilu '71, membuka kisah asal-usul pembuatan jalan itu. Selepas perang Sisingamangaradja di tahun 1907, katanya, pemerintah Belanda mengalami kesulitan melancarkan komunikasi kawasan sekitar Tarutung yang kaya akan hasil hutan dengan Sibolga sebagai pelabuhan alam Bagaimana memboyong hasil bumi Tapanuli Utara ke Sibolga? Maka adalah menir Stins, waktu itu dikenal sebagai kepala bengkel Pekerjaan Umum di Sibolga, menemukan cara menembus kesulitan Stins, yang oleh orag-orang Sibolga diganti jadi sebutan tuan Sitenus, cukup terkenal di Padanglawas dan daerah sekitarnya. Dia kesohor sebagai Belanda yang baik, tidak sombong, bahkan isterinya pribumi berasal dari pulau Jawa. Pula ia fasih berbahasa Tapanuli. Dia inilah yang memimpin pembuatan jalan Sibolga-Tarutung. Dipekerjakannya orang-orang hukuman yang biasanya berasal dari Jawa dan Bugis. Orang rante, begitu orang menyebut narapidana, digiring dari penjara di Jalan Tarutung, Sibolga, yang kini telah jadi kantor Pajak Gadai. Tahap demi tahap, mereka mengorek bukit batu, atau meledakkannya dengan dinamit. "Dinamit model kuno," kata Abdul Rahim Siregar (81 tahun) yang dulu pernah jadi klerek di Kantor Residen Tapanuli sampai tahun 1922. Artinya, Sitenus tidak mempergunakan kabel atau kenop tekan untuk meledakkannya. Tapi seperti orang main petasan saja. Beberapa buah "petasan" besar disulut sumbunya. Tunggu saja beberapa menit. Tepat jam 11 siang, jika lonceng di gardu berdentang, semua orang harus tiarap atau berlindung. Sebab, ketika itulah bumi akan tergoncang oleh ledakan. Jangan harap dapat ganti kerugian kalau ada rumah yang bocor tertimpa batu gunung. Berapa orang yang meninggal ketika membuat jalan itu juga tidak pernah tercatat. Saudagar Batak Sitenus bekerja bak sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Pecahan batu diangkut dengan lori dari Km 8 ke tempat yang sekarang bernama Jalan Panjaitan. Dari situ, Sibolga yang waktu itu masih rawa-rawa, mendapat timbunan batu dan tanah. Hasilnya, dengan lori yang masih mempergunakan rem kayu, telah tertimbuni 3 buah kampung di Sibolga. Di suatu tempat Sitenus menemui bukit yang bukan main kerasnya -- tidak mempan didinamit. Sitelus tak habis akal. Diborlah bukit tersebut. Hingga kini, tempat itu bernama Batu Berlubang. Perihal orang rante yang bekerja-paksa masih dikenang oleh Rahim Siregar. Dari bui, berkulit legam dan berbaju seragam, orang rante digiring ke lokasi pembuatan jalan dengan kaki terikat satu sama lain. Leher mereka dikalungi semacam gari yang dikunci. Suatu iring-iringan yang menakutkan bocah. Ceritera berdarah tentang jalan Sibolga-Tarutung mengandung sejarah bagi penduduk setempat. Ada rasa kebanggaan pula. Bis pertama yang lewat di sana 1917 bernama Tofan Saudagar Batak. Dari Tarutung, bis yang memakai ban mati ini mengangkut kemenyan ke Sibolga. Sejak itulah terjalin hubungan antara daerah pedalaman dengan pesisir berkat menir Stins Sitenus dengan orang perantean.

Sebuah bus melintas di bawah batu lubang

Sebuah bus melintas di bawah batu lubang

air terjun di atas batu lubang

 

Dari referensi yg lain... , batu lubang dan jalannya sudah ada sebelum 1907, yang membedakannya di batu lubang yg ke-2 di bangun jembatan yang telah dipakai pada tahun 1913.  Batu lubang itu dibuat justru tidak dengan dinamit tapi alat pahat besi dan sejenis bolang-baling. Butuh 3 tahun untuk menyelesaikannya. Karena kerasnya batuan itu Belanda tidak berani memakai dinamit karena belum ada kalkulasi engineering untuk struktur bebatuan dan sempitnya waktu penelitian, sebab akan berisiko merubuhkan tebing dan air terjun di atasnya, dan karena alasan ini pula sampai sekarang batu lubang ini tidak dihancurnya. Pemkab tidak punya dana untuk membawa bor bawah tanah dan melakukan Sealant dengan beton khusus untuk menyetop tembesan air.  Pernah ada yang melakukan penelitian di sana dan mencoba melebarkan batu lubang itu dgn dinamit, meskipun sekarang sudah ada kalkulasi daya ledak tetap saja belum bisa menjamin akan berhasil. Lubang yg aneh namun bersejarah...

sumber: Majalah Tempo Online

Baca Selengkapnya...

TENNIS HURAHURA

Baca Selengkapnya...

Benediktus XVI: dari Tentara Hingga Menjadi Paus


VIVAnews - Paus Benediktus XVI pada Senin kemarin mengumumkan kepada dunia bahwa di usianya yang ke-85, dia memutuskan untuk meletakkan jabatannya sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia. Faktor usia yang kian renta adalah alasan pengunduran diri itu. Paus yang terlahir dengan nama Joseph Alois Ratzinger ini lahir di Bayern Jerman 16 April 1927. April nanti usianya 86 tahun.
Dia dilantik menjadi Paus pada 24 April 2005. Mengantikan Paus Yohanes Paulus II, yang wafat dalam usia 84 tahun. Paus Benediktus ini menjadi paus pada usia yang terhitung sudah sepuh. Dia dipilih para kardinal dari seluruh dunia lewat Konklav kepausan (sidang pada kardinal sedunia) menjadi paus pada usia 78 tahun. Dalam catatan sejarah kepausan, yang tertua adalah Paus Klemens XII yang dipilih pada tahun 1730 pada usia tiga bulan lebih tua dari Ratzinger.
Meski sangat langka terjadi, pengunduran diri Paus dari Tahta Suci memang dimungkinkan sebagaimana tercantum dalam Canon 322 paragraf 2 dalam Kanonik Gereja Katolik.
Dari 265 Paus sepanjarang sejarah, cuma ada tiga yang mengundurkan diri. Paus  Celestinus V pada tahun 1284 dan Paus Gregorius XII pada tahun 1415. Pengunduran diri dimungkinkan karena sudah renta dan kesehatan mereka tidak memungkinkan. Paus Benediktus XVI yang dikenal sebagai pemikir dalam Gereja Katolik, tidak pernah menginginkan dirinya menjadi seorang Paus.
Masa Kecil Dipaksa Bergabung dengan Nazi

Joseph Ratzinger terlahir di sebuah keluarga tradisional. Ibunya Maria dan ayahnya adalah seorang polisi, Joseph Fratzinger Sr. Kecerdasannya sudah terlihat semenjak belia. Ratzinger muda memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam banyak bahasa dan memiliki kecintaan akan karya Mozart dan Beethoven.

Ketertarikannya akan dunia spritual gereja muncul semenjak usia lima tahun. Ketika dia berkesempatan mengunjungi seorang Uskup di Munich dan mengagumi jubah merah yang dikenakan oleh sang Uskup.

Tapi sebagaimana anak-anak pada masanya saat itu, pada usia 14 tahun, Ratzinger dipaksa bergabung di barisan pemuda Hitler. Ini adalah syarat bagi pemuda Jerman kala itu di bawah kepemimpinan diktator Adolf Hitler. Pendidikannya di Seminari Traunstein pun terhenti akibat direkrut sebagai kru pesawat perang pada perang dunia kedua di Munich.

Kemudian dia meninggalkan pasukan militer Jerman di akhir perang dunia dan sempat menjadi tahanan tentara sekutu di tahun 1945. Entah karena pengalaman masa kecil itu, setelah menjadi Paus pada beberapa misa Natal, dia selalu mengajak umat di seluruh dunia agar mengasihi anak-anak, terutama yang masih teraniaya, yang hidup dalam kemiskinan jalanan dan anak-anak yang dipaksa menjadi tentara.
Ratzinger juga sempat mengajar di Universitas Bonn sejak tahun 1959 dan di tahun 1966 ia mengajar di Universitas Tuebingen jurusan theologi dogmatis.
Dia sangat terkejut ketika murid-muridnya menunjukkan minat pada marxisme. Dalam pandangannya ketika ilmu agama bercampur dengan ideologi politik maka yang terjadi adalah tirani, kekejaman dan kebrutalan.

Vatikan mengatakan bahwa walaupun pernah menjadi tentara pada jaman Nazi, namun Ratzinger adalah seorang yang anti-Nazi. Pada Mei 2006, dia menyatakan berduka cita atas pembantaian Yahudi pada Perang Dunia II di kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz.

 

Pribadi Karismatik dan Rendah Hati
Di tahun 1969, Ratzinger pindah ke Universitas Regensburg dan  bekerja di sana hingga diangkat menjadi dekan dan wakil rektor. Dia diangkat menjadi Kardinal Munich dari Paus Paul VI di tahun 1977.

Dia pun tidak pernah membayangkan akan menjadi paus suatu saat nanti. Bahkan ketika sudah terpilih menjadi paus pun, Ratzinger sempat merasakan kekhawatiran tidak akan dapat menyamai karisma yang dimiliki pendahulunya, Paus Yohanes Paulus ke II.
Namun sebagai seorang pemimpin agama, Ratzinger terkenal konservatif. Dia tidak mengenal kata kompromi dan menolak keras hubungan sesama jenis, pastor wanita, penggunaan alat kontrasepsi, euthanasia, dan hukuman mati. Kehidupan dan kematian adalah wilayah Tuhan yang tidak boleh diintervensi. Ratzinger memegang teguh tradisi bahwa seorang pastor haruslah hidup selibat.

Ratzinger dikenal sangat peduli terhadap iman umat manusia, tidak segan berada di garis terdepan membela hak asasi manusia, melindungi lingkungan dan melawan kemiskinan dan ketidakadilan. Ketika mengunjungi Yerusalem 12 Mei 2009, Paus menegaskan dukungannya akan kemerdekaan Palestina. Tapi pada saat yang bersamaan dia mengencam anti semitisme, hal yang membuat warga Israel menjadi lega. (Baca: Vatikan Sambut Baik Pengakuan PBB atas Palestina)
Koleganya yang lain juga mengenalnya sebagai orang yang dapat diandalkan, ringan tangan dan memiliki pribadi yang rendah hati dengan keteguhan moral yang kuat. Sedangkan sesama kardinal lainnya mengungkapkan, Ratzinger merupakan pribadi yang keras kepala namun pemalu.

 

Hadapi Berbagai Skandal

Di masa kepemimpinannya, Ratzinger dinilai kerap menyinggung umat Muslim, Yahudi dan Protestan melalui pidatonya. Namun pendukungnya mengatakan pidato Paus tersebut sering disalahartikan oleh publik, karena dia hanya ingin memperkuat hubungan antaragama di dunia.

Hal itu dibuktikan selama menjabat sebagai Paus, Ratzinger pernah mengunjungi Mesjid Biru di Istanbul, Turki dan Kubah Batu di Yerusalem dan berdoa untuk perdamaian di Terowongan Western Well.

Namun di masa kepemimpinannya pula, banyak skandal yang terkuak. Mulai dari skandal tuduhan penyalagunaan wewenang di jajaran Gereja Katolik dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang pastor.
Dalam menghadapi isu pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang pastor, Ratzinger lagi-lagi mengejutkan publik, karena untuk pertama kalinya, dia meminta maaf kepada korban dan meminta kepada kepolisian setempat untuk memproses kasus tersebut.

Banyak kritik yang dialamatkan kepadanya yang menyebut Ratzinger tidak memberikan perhatian pada kasus pelecehan yang dilakukan oleh para pastor karena kepausan  tidak pernah secara terbuka mengklarifikasi peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Namun pendukungnya menepis anggapan itu dan menganggap apa yang dilakukan oleh Ratzinger sudah lebih dari cukup.

Dalam menghadapi berbagai konflik dan skandal, Ratzinger selalu berpegang teguh kepada kekuatan gereja yang berasal dari kebenaran absolut yang tidak dapat dipatahkan oleh apa pun. Namun filsofi tersebut dianggap mengecewakan beberapa kalangan yang merasa gereja perlu segera dimodernisasi. Vivanews Selasa, 12 Februari 2013, 09:48
Baca Selengkapnya...

BEBERAPA ISTILAH DALAM KEMATIAN SUKU BATAK

Dalam kehidupan sosial masyarakat batak, terdapat beberapa terminologi atau istilah berkaitan dengan prosesi kematian atau status orang yang meninggal dunia. Melalui status ini biasanya pihak keluarga dan kerabat mengetahui prosesi yang bagaimana sebaiknya diberikan untuk menghormati jenazah, keluarga dan jasa-jasa semasa hidupnya. Pemberian status atau istilah ini didasari oleh berbagai alasan diantaranya adalah menurut usia, status kekeluargaannya, caranya meninggal, statusnya di dalam masyarakat, dll. Adapun istilah-istilah tersebut antaralain   :
  1.           Tarpese, yaitu meninggal semasa masih dalam  kandungan.
  2.      Mate Poso, yaitu meninggal pada usia anak-anak dan remaja.
  3.      Mate Ponggol, yaitu meninggal di usia yang telah memasuki usia dewasa.
  4.      Mate Tarpunjung, yaitu meninggal di tempat perantauan.
  5.        Mate Tompu, meninggal secara tiba-tiba.
  6.        Mate Mangkar, yaitu meninggal sebelum miliki cucu.
  7.      Mate Punu, yaitu meninggal dunia tanpa ada keturunan laki-laki (anak), hanya meninggalkan            keturunan perempuan (boru).
  8.          Mate Pupur, yaitu meninggal tanpa ada keturunan.
  9.      Mate Sarimatua, yaitu meninggal setelah mempunyai cucu namun diantara anak dan borunya masih   ada yang belum menikah.  
  10.     Mate Saurmatua, yaitu meninggal sesudah memiliki cucu,cicit dan seluruh anak dan borunya telah   menikah.
  11.     Mate Matua Bulung, yaitu seorang ibu yang meninggal dunia di usia lebih dari 70 tahun dan telah memiliki cucu dan cicit dari anak-anak dan borunya.
  12.      Matua Dolok, yaitu seorang bapak yang meninggal dunia diusia lebih dari 70 tahun dan telah memiliki cucu dan cicit dari anak-anak dan borunya.  
  13.      Matompas Tataring, yaitu seorang laki-laki yang telah menjadi duda karena sang istri  meninggal    dunia.
  14.      Matipul Ulu/Matipul Simanjujung, yaitu seorang perempuan yang menjadi janda karena sang suami meninggal dunia.

Baca Selengkapnya...

Berita Terkini