STUDI KEPUSTAKAAN KORAN REPUBLIKA DAN SUARA PEMBARUAN



STUDI KEPUSTAKAAN KOMUNIKASI MASSA


1. Tentang surat kabar Suara Pembaruan dan Republika, menyangkut organisasi perusahaan dan keredaksian, isi serta gaya bahasa dari kedua surat kabar tersebut adalah :

a. Harian Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang bagi kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) kemudian dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu yang kemudian memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah.

Republika terbit pertama kali tanggal 4 Januari 1993 di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Koran ini pada dasarnya bersifat idealis artinya harian tersebut didirikan dengan tujuan politis_ideologis. Menurut David T. Hill, Republika dibangun setelah ICMI mengidentifikasikan "musuh bersama", yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang sengaja menutupi kegiatan-kegiatan islam secara profesional.

Meningkatnya peran serta umat islam ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (intellectual booming) di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan kebijaksanaan pendidikan orde baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat dalam institusi-institusi modern.

Kelahiran harian Republika merupakan salah satu bagian dari program yang digagas atau dipelopori oleh bentuk program langsung dan unit badan otonom ICMI. Terbentuk atau berkembanglah PINBUK dengan ribuan BMT, Asuransi takaful, bank muamallat Indonesia, harian Republika, YAAB-Orbit, Masika, Alisa khadijah, mufakat, MKPD, Wisma Sakinah, CIDES, wakaf buku, Mafikibb, yayasan Bumi, LPBH.

Di Indonesia menyusul kelahiran ICMI, oleh kaum cendekiawan muslim lahir bank Muamallat Indonesia dan beberapa lembaga keuangan syariah lain, seperti asuransi dan lembaga pembiayaan keuangan non-bank. Dan dari kelompok sosial inilah muncul gagasan menerbitkan koran harian Republika yang mulai terbit 4 januari 1993. Dengan dukungan ICMI koran harian Republika kemudian dapat terdistribusi luas di berbagai daerah dan langsung menarik minat pembaca muslim khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan.

PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi holding company, dan Republika berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri (anak perusahaan PT Abdi Bangsa). Di bawah bendera Mahaka Media juga menerbitkan majalah Golf Digest, Harian Indonesia (bahasa Mandarin), Majalah Parents, Majalah a+, Radio Jak FM, dan Jak TV. Dan selanjutnya melakukan kolaborasi dengan kelompok Radio Prambors, terutama Radio Female, dan Delta.

Penerbitan Republika dinilai menjadi berkah bagi umat Islam. Sebelum masa itu, aspirasi umat Islam tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat Islam kemudian antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. Dan PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.

Keberhasilan republika disusul dengan kelahiran majalah Ummat di awal tahun 1995. yang mempunyai semangat yang sama untuk melayani kebutuhan masyarakat islam yang sadar politik karena waktu itu tidak ada majalah yang mengisi segmen tersebut.

Tetapi karena jarak kelahiran yang berbeda 4 tahun dari koran Republika, dan selama waktu tsb terjadi perkembangan politik yang tidak persis sama dengan ketika harian Republika dilahirkan dibawah pengelolaan PT. Abdi bangsa (ABBA), majalah Ummat dipandang sebagai pers yang mempunyai kecenderungan terhadap koran berbasis politik aliran. Dalam hal ini mereka menganggap telah mewakili aspirasi Umat Islam karena sejak berdiri diklaim oleh pendirinya sebagai salah satu "raison d'etre" berdirinya koran tsb. hal ini terlihat dari kepemilikan mayoritas saham PT. Abdi Bangsa yang dominan dipegang oleh orang-orang ICMI seperti Erick Tohir, B.J. habibie dan Adi Sasono. atau lebih tepatnya harian Republika dinilai kurang mewakili salah satu corak penafsiran Islam yang lebih "fundamentalistis". Hal tersebut dipandang karena lahirnya Republika Ummat secara lebih independen dengan semangat kewiraswastaan.

Walau berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi, namun ada perubahan gaya dari sebelumnya. Adanya sentuhan bisnis independensi menjadikan Republika semakin kuat dan berkembang khususnya bagi komunitas muslim. Pertama kali terbit tampil dengan ”Desain Blok” (Modular Lay out) yang tak lazim, diikuti oleh koran-koran lain di Indonesia.

Beberapa penghargaan yang telah diraih koran Republika antara lain :

a. 1993: Juara Pertama Lomba Perwajahan Media Cetak

b. 2005: Koran Terbaik 2004 dari Dewan Pers, yang menilai dari sisi penerapan kaidah jurnalistik .

c. 2006: Koran Terbaik 2005 dari Dewan Pers.

d. 2007: Koran Nasional Terbaik 2006 dari Majalah Cakram, sebuah majalah komunikasi, kehumasan, dan periklanan.

e. Beberapa kali meraih penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai koran berbahasa Indonesia terbaik, peringkat I maupun peringkat di bawahnya.

f. Penghargaan Perorangan, wartawan-wartawan Republika meraih berbagai macam penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), maupun dari berbagai institusi lainnya

Kerjasama yang telah dilakukan Harian Republika dengan penerbitan luar negeri adalah :

a. 2006: Bekerja sama dengan The New York Times untuk menerbitkan kolom tanya jawab WINNING bersama Jack & Suzy Welch tentang manajemen. Jack Welch adalah orang yang sukses memimpin perusahaan raksasa Amerika Serikat, General Electric. Bukunya yang berjudul Winning menjadi best seller. Judul buku itulah yang kemudian dijadikan nama rubrik kolom tanya jawabnya. Kolom ini diasuh bersama istrinya, mantan pemimpin redaksi majalah manajemen.

b. 2006: Bekerja sama dengan koran terbesar di Malaysia, Berita Harian. Republika memberi ruang satu halaman untuk Berita Harian dan satu halaman untuk The New Straits Times, koran berbahasa Inggris yang masih satu grup dengan Berita Harian. Masing-masing sekali dalam sepekan. Republika juga terbit di Berita Harian, sepekan dua kali. Masing-masing satu halaman.

c. 2006: Menerbitkan majalah World Cup 2006. Majalah ini menjadi panduan bagi penikmat sepak bola dalam menyambut Piala Dunia 2006 di Jerman.

d. 2006: Menerbitkan majalah Cahaya Ramadhan. Majalah ini menjadi panduan dalam menjalani ibadah puasa.

e. 2006: Menerbitkan majalah Panduan Haji. Majalah panduan ibadah haji ini dibagikan gratis kepada seluruh jamaah haji Indonesia pada tahun itu yang berjumlah sekitar 200 ribu orang.



b. Suara Pembaruan adalah koran yang diciptakan sebagai pengganti harian Sinar Harapan yang di breidel tahun 1986. Harian Sinar Harapan dibatalkan SIUPP-nya tanggal 8 Oktober 1986 dan kemudian terbit kembali dengan nama Suara Pembaharuan pada tanggal 4 Februari 1987. Penggantian tersebut diikuti dengan penggantian PT Sinar Kasih sebagai penerbit Sinar Harapan yang diganti menjadi PT Media Interaksi Utama, sebagian besar dari wartawan dari harian Sinar Harapan ditampung, hanya pemimpin redaksi Aristide Katoppo dan pemimpin umumnya H.G Rorimpandey digantikan oleh Albert Hasibuan.

Gerard H rorimpandey merupakan putera dari minahasa kelahiran 85 tahun lalu yang pernah tergabung dalam laskar KRIS Bandung dan merupakan "perintis pers industri." Namanya mencuat ketika ditunjuk oleh kawan-kawan seperjuangan seperti ARSD "BART" RATULANGIE, Ds. Wim Rumambi, Alex Wenas dll utk mengelola harian Sinar Harapan yang berdiri pada 27 april 1961 dan waktu itu berafiliasi dengan partai PARKINDO. dan sejak tahun 1960 an media ini berhaluan independen.

Sekalipun membawa misi kristiani dengan dasar semboyan "memperjuangkan Kebenaran dan keadilan berdasarkan kasih" media bervisi pluralistik ini mendapat tempat terhormat di kalangan pembaca luas. Tetapi jalan penuh liku dan cita-cita Rorimpandey sering diperhadapkan dengan badai pergumulan hingga perjalanan harian Sinar harapan terhenti di bulan oktober 1986 dan berlanjut dengan nama baru Suara Pembaruan di bulan Februari 1987.

HG Rorimpandey selaku pemimpin umum , terus mencari cara untuk bisa kembali menerbitkan Sinar Harapan. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1987 setelah melalui negosiasi panjang dengan pihak pemerintah, pengelola diizinkan kembali menerbitkan koran dengan nama baru yaitu Suara Pembaruan dengan nama penerbit baru yakni PT. Media Interaksi Utama dan tentunya susunan personalia redaksi yang juga baru. Koran baru ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan koran sebelumnya termasuk logo dan rubrikasinya.

Ketika reformasi bergulir, sinar harapan terbit kembali dengan format yang hampir sama dengan suara pembaruan hanya terbitnya pagi hari. tanggal 2 Juli 2001 adalah pemunculan perdana sinar harapan baru yang tampil dengan logo dan jenis huruf yang pernah dipakai suara pembaruan selama empat belas tahun.

Setelah era reformasi, beberapa pihak di internal Suara Pembaruan keluar dan menerbitkan kembali Sinar Harapan , sehingga saat ini kedua koran ini yang pada dasarnya dari akar yang sama bersaing di pasar koran sore. Suara Pembaruan sendiri terbit setiap hari dengan edisi Minggu nya sudah diedarkan di pasar berbarengan dengan edisi Sabtu sore. Tidak seperti edisi hariannya yang penuh dengan berita berat seperti politik, ekonomi, hukum dan lain-lain, edisi Minggu Suara Pembaruan bercorak lebih santai dan soft. Beritanya dikemas lebih ringan untuk menemani akhir pekan para pembacanya. Sejak tahun 2006, Suara Pembaruan memiliki kemitraan strategis dengan Globe Media Group, sebuah grup penerbit yang mengelola beberapa media cetak diantaranya koran bisnis Investor Daily, Majalah Investor, majalah Globe Asia, dan koran berbahasa Inggris The Jakarta Globe. Seperti halnya koran-koran mainstream pada umumnya, Suara Pembaruan terbit dalam versi cetak, versi online (www.suarapembaruan.com) dan versi e-paper (epaper.suarapembaruan.com).

Peredaran Suara Pembaruan yang dikomandoi oleh Wim Tangkilasan meliputi sekitar 85% di Jabodetabek dan 15% di kota-kota lain di Indonesia. Banyak kalangan menilai Suara Pembaruan adalah koran sore terbesar di Indonesia. Menurut Nielsen Media Research, profil pembaca Suara Pembaruan adalah pria (67%), usia 30-39 tahun (51%), usia 20-29 tahun (38%), SES A1, A2 (40%), white collar (56%), blue collar (25%), pendidikan SLTA (58%) dan universitas (25%).

Kelahiran dua harian media cetak yang dipelopori oleh Tokoh – tokoh dengan latar belakang agama yang berbeda tersebut tentu dengan menyelipkan misi-misi keagaman dalam bidang politik.


2. Pendekatan Teori “Agenda Setting”

Teori Penentuan Agenda (bahasa Inggris: Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:

a. Agenda Setting tingkat Pertama, Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu. Pada level ini media menggunakan obyek atau permasalahan untuk mempengaruhi masyarakat.

b. Agenda setting tingkat kedua. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain. Media memfokuskan diri terhadap karakteristik dari suatu obyek atau masalah tertentu dan media juga menyarankan kepada masyarakat bagaimana mereka harus berpikir terhadap masalah tersebut. Ada dua tipe atribute yang digunakan, kognitif (substansi atau topik) dan afektif (evaluatif atau positif, negatif, netral).

Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.

Pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa" – Bernard C. Cohen,1963.Pada salah satu edisinya, Republika memuat laporan mendalam tentang diadukannya ke polisi seorang tokoh muslim yaitu Presiden PKS Tifatul Sembiring, terkait dengan pelanggaran kampanye pemilu lebih awal dalam demo anti Israel atas serangan ke Jalur Gaza, dengan sudut andang “membela” Tifatul. Harian Republika secara Tipologi merupakan tipe Pers Berkualitas (Quality Newspaper). Penerbitan surat kabar ini memilih cara penyajian yang etis, moralis intelektual. Republika sangat meyakini pendapat : kualitas dan kredibilitas media hanya bisa diraih melalui pendekatan profesionalisme secara total.

Menurut asumsi teori Agenda Setting, Republika punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Dengan kata lain agenda Republika akan menjadi agenda masyarakat. Hal ini mempunyai kekuatan penjelas untuk menerangkan mengapa orang-orang, sama-sama menganggap penting suatu isu. Agenda itu sendiri harus diformat, proses ini akan memunculkan masalah bagaimana agenda media ini terjadi pada waktu pertama kali.

Sementara pada hari yang sama Suara Pembaruan memuat tentang dukungan yang kuat terhadap upaya pembentukan Propinsi Tapanuli (Protap) yang dimotori tokoh-tokoh Kristen Suku Batak. Agenda Suara Pembaruan dalam banyak hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tertentu bagi publik. Agenda publik mempengaruhi atau berinteraksi ke dalam agenda kebijakan. Agenda kebijakan adalah pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting bagi individu.

Ternyata ada hubungan antara media massa, dampak yang diakibatkan dengan para khalayaknya. Media massa setidaknya menjadi sumber komunikasi. Dampak media massa lebih dilihat sebagai dampak kognitif kepada masyarakat. Khalayak sendiri merupakan komunikan yang mengkonsumsi hasil rekonstruksi realitas yang dibikin oleh media massa. Media massa pemberitaan diyakini oleh banyak orang (termasuk banyak pembuat keputusan) sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya. Dengan kata lain, bahwa media massa mempunyai potensi untuk mempengaruhi opini atau agenda publik melalui proses priming dan framing yang dilakukan oleh media massa dalam hal ini pemberitaan yang dibuat. Pemberitaan adalah hasil atau output dari agenda yang dibuat oleh para awak media. Tentu saja, terdapat interaksi antara media massa dengan publiknya terlebih dahulu. Agenda media yang diterjemahkan oleh para redaksi dan wartawan tersebut “disuntikkan” kepada khalayak yang pada akhirnya sedemikian rupa membentuk agenda publik.

Fungsi agenda setting memilliki beberapa komponen yang saling berhubungan yaitu :

(a) Agenda Media : isu-isu didiskusikan di dalam media.
(b) Agenda Publik : isu-isu didiskusikan dan secara personal berhubungan dengan anggota-anggota dari suatu komunitas atau masyarakat.
(c) Agenda Kebijakan : isu-isu yang dianggap penting oleh para pembuat kebijakan atau pemerintah.
(d) Agenda Perusahaan : isu-isu yang dianggap penting bagi perusahaan dan pelaku bisnis.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam hal ini Suara Pembaruan menggunakan agenda setting tingkat kedua dimana Suara Pembaruan memfokuskan diri terhadap karakteristik dari suatu peringatan, dan menyarankan kepada masyarakat bagaimana mereka harus berpikir terhadap pemberitaan tersebut. Sementara Republika dengan pemberitaan mengenai ‘perdagangan wanita’ contohnya, menggunakan agenda setting tingkat pertama dimana Pos Kota menggunakan obyek ‘perdagangan wanita’ di Pulau Batam untuk dipekerjakan sebagai PSK untuk mempengaruhi masyarakat dan apa yang mereka harus pikirkan. Pendekatan jurnalistik SCC (Sex, Conflict, Crime) yang digunakan oleh Pos Kota, digunakan untuk menghasilkan opini dan membangkitkan emosi pembaca.

3. Studi Kasus. “Pada acara sertijab Kasau (Bintang 4), Dispenau mengundang wartawan untuk meliput kegiatan yang tentu saja menurut kalangan TNI AU sangat penting. Namun ternyata jumlah wartawan yang hadir jauh lebih banyak pada acara sertijab Kapolda jaya (Bintang 2)”

Analisa mengenai kejadian ini antara lain :

a. Faktor Kepentingan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Kepolisian mempunyai wilayah kerja di tengah-tengah masyarakat. Sebagai penegak dan penjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Adalah suatu kewajaran bila masyarakat mempunyai kepentingan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia. Sebaliknya dengan TNI Angkatan Udara yang mempunyai tugas sebagai alat pertahanan udara Nasional dan sangat jarang melibatkan masyarakat umum dalam tugas-tugasnya. Sehingga sering dianggap pemberitaan tentang mutasi di tubuh TNI Angkatan Udara tidak terlalu penting. Disamping itu juga pejabat TNI Angkatan Udara maupun mantan petingginya kurang memberi andil di dalam pemerintahan.

b. Faktor Keamanan. Dalam setiap acara-acara yang penting di kalangan militer pemberlakuan pengamanan yang selektif terhadap tamu yang datang menimbulkan rasa enggan untuk hadir di kalangan pers. Belum lagi kehadiran mereka ditolak dan akhirnya menimbulkan kesan seolah-olah mereka adalah kalangan yang tidak dibutuhkan dalam mempublikasikan sebuah peristiwa.

c. Faktor Kedekatan. TNI AU dapat dikatakan sangat jauh hubungannya dengan para wartawan. Hal ini secara psikologis sangat berpengaruh terhadap pemuatan berita.

d. Faktor Pembinaan Bidang Penerangan/Humas. Di instansi kepolisian maupun pemerintah daerah, fungsi bagian penerangan atau humas sangat diperhatikan pembinaannya, sehingga mereka lebih mudah mengadakan penggalangan terhadap media massa.

e. Dampak / Efek Yang Ditimbulkan. Sertijab di kalangan pejabat TNI AU hanya lebih bersifat seremonial dan rutinitas belaka, tanpa menimbulkan efek yang langsung berdampak pada kehidupan masyarakat. Berbeda dengan sertijab pejabat kepolisian atau pemerintah daerah yang kebijakannya akan dapat dirasakan secara langsung pada kehidupan masyarakat.

f. Faktor Kebutuhan. Dalam setiap kegiatannya kepolisian selalu bekerjasama dengan wartawan, seperti kegiatan tindakan penangkapan penjahat, acara patroli, sergap dan lain lain, dimana wartawan membutuhkan berita yang didapat dari kepolisian, polisi membutuhkan wartawan untuk publikasi, sementara TNI AU dalam setiap kegiatannya jarang bekerjasama dengan wartawan. Hal ini berpengaruh dalam acara sertijab Kasau maupun Kapolda. Penyampaian sebuah berita juga menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Bagi kalangan tertentu yang memahami gerak pers. akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.


4. Topik atau isu di lingkungan TNI AU yang bisa ‘dijual’ kepada media sehingga kegiatan TNI AU banyak diliput oleh media serta langkah-langkah yang harus dilakukan agar TNI AU makin populer di tengah-tengah masyarakat antara lain :

a. Kegiatan ulang tahun TNI AU yang dimeriahkan dengan demo dari Tim Aerobatik pesawat tempur.

b. Kegiatan latihan mandiri maupun gabungan. Seperti pernah dilaksanakan Air Fire Demo di AWR Budding Tanjung Pandan yang cukup menyedot perhatian masyarakat dan kalangan wartawan baik cetak maupun elektronik.

c. Kegiatan Olah Raga Dirgantara yang dilaksanakan oleh Federasi Aerosport Indonesia. Dalam perencanaan kegiatannya yang akan dilaksanakan di daerah-daerah tertentu dan pada waktu yang ditentukan akan menarik perhatian pembaca.

d. Kecanggihan teknologi alutsista dan manfaatnya bagi militer akan menambah wawasan baru dan juga menambah minat para pembaca. Termasuk rencana-rencana pembelian alutsista yang baru.

e. Sosialisasi Keselamatan Terbang dan Kerja yang bersifat umum dan dapat diterapkan oleh masyarakat umum termasuk pengenalan jenis-jenis pesawat militer maupun sipil.

f. Kegiatan sosial berupa hiburan maupun bakti sosial bencana alam. Akan menimbulkan simpati kepada TNI Angkatan Udara.

Peran media masa sangat besar dalam membangun sebuah Citra yang positif, baik terhadap perseorangan atau terhadap suatu instansi/ organisasi. Citra TNI yang lemah dimata masyarakat saat ini, perlu dibangun dengan membentuk suatu opini masyarakat dan kondisi pencitraan yang positif terhadap peran dan fungsi TNI diera reformasi. Reformasi yang dilakukan oleh TNI dari dalam sudah menjadi agenda yang memang harus terlaksana, namun bagaimana publikasinya, menjadi kendala yang masih mengganjal. Peran dan fungsi dari Dinas Penerangan baik tingkat pusat atau Kotama masih belum optimal dilaksanakan. Diperlukan peran langsung serta pendekatan yang serius dari pimpinan terhadap unsur-unsur diluar TNI yang secara tidak langsung menjadi alat pemberitaan tentang Citra yang dibangun kepada masyarakat luas. Apabila kondisi tersebut dapat kita raih, maka dengan sendirinya media masa dan masyarakat akan memberikan gambaran yang positif dan setiap kegiatan yang diliput akan mempunyai nilai jual dari segi jurnalistik.

Langkah utama yang bisa ditempuh saat ini adalah, pendekatan kepada masyarakat dan memberikan tindakan yang nyata dapat dilakukan. Dengan melakukan pendekatan terhadap unsur-unsusr instansi sipil baik negri atau swasta, maka dengan sendirinya media akan mencari berita dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Peran dan tugas yang dilaksanakan oleh TNI sebagai alat keamanan adalah sesuatu yang dipersepsikan atau a perceived reality, kesan yang timbul setelah orang melakukan interaksi (melihat, mendengar, merasakan, mengalami dan menghayati) dengan obyek. Kuat tidaknya, baik positif maupun negative, sebuah kesan tergantung dari intensitas, lama dan seringnya interaksi itu, karenanya peran dan fungsi sosial dimasyarakat harus tetap dipertahankan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan agar TNI AU semakin populer di tengah masyarakat antara lain :

a. Meningkatkan Profesionalisme bidang Pertahanan Matra Udara. Dengan meningkatnya profesionalisme ini akan muncul prajurit TNI Angkatan Udara yang Tangguh dan Perkasa dalam berbagai medan tugas.

b. Mengurangi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Dengan demikian akan menimbulkan pandangan baru bagi masyarakat bahwa TNI AU konsisten dengan peraturan. Termasuk juga mengklarifikasi setiap pemberitaan pelanggaran yang dilakukan oleh oknum TNI matra darat maupun laut yang mengatas namakan Oknum TNI. Bila hal ini terjadi, berikan jawaban yang bijak tanpa menjatuhkan matra lain.

c. Optimalkan pemberitaan tentang setiap kegiatan yang ada dengan melibatkan pihak sipil terkait maupun pers dengan memberikan statement yang tegas dan jelas.

d. Cepat tanggap terhadap kejadian bencana kemanusiaan yang ada dan sebisa mungkin melibatkan diri dalam membantu korban. Hal ini sering menjadi perhatian masyarakat yang memandang seolah-olah TNI AU kurang perhatian dan tidak peduli. Di sini sering terjadi miss komunikasi yang akhirnya merugikan pihak TNI AU sendiri di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan pergerakan personel TNI AU yang harus dihadapkan pada prosedur dan kebijakan pimpinan yang menentukan.

e. Dan yang terakhir adalah meningkatkan kualitas peranan para mantan TNI Angkatan Udara yang menjadi pejabat di Lembaga Pemerintahan. Tidak dipungkiri hal ini menjadi salah satu tolok ukur bagi masyarakat tentang eksistensi dan kepemimpinan TNI Angkatan Udara dalam Lembaga Negara.

Upaya peningkatan citra TNI AU ini sangat bergantung pada optimalisasi peran Public Relations atau Dinas penerangan dalam menjalankan tugasnya. Disamping melalui media, TNI AU harus melakukan komunikasi langsung kepada public melalui action (tindakan) yang menyentuh kepentingan dan melibatkan publik. Citra yang dapat dibina dimasyarakat pada saat ini adalah mengenalkan lebih dahulu TNI AU kepada masyarakat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kedirgantaraan.


Jakarta, Mei 2009


Frans Siregar




DAFTAR PUSTAKA


1. Agenda-setting theory dari Wikipedia, the free encyclopedia http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-setting_theory

2. Situs Suara Pembaruan Online, www.suarapembaruan.com dan www.epaper.suarapembaruan.com

3. Situts Republika Online, www.republika.co.id.

4. Menyelami Jurnalistik Indonesia, dari situs Indoskripsi Kumpulan Skripsi Online Full Content http://one.indoskripsi.com/content/menyelami-jurnalistik-indonesia

5. Bernard C. Cohen, The Press and Foreign Policy, p. 120, Princeton University press, 1963

6. Maxwell McCombs, Donald Shaw, 'The Agenda-Setting Function of Mass Media', in The Public Opinion Quarterly, Vol. 36, No. 2. (Summer, 1972), pp. 176-187.

7. Dispenau, Angkasa Cendekia, Edisi khusus April 2007.
Baca Selengkapnya...

FJ 40 vs BJ 40



FJ 40 vs BJ 40
1. Perbedaan yang Paling mendasar dari FJ40 dan BJ40 yang ada di Indonesia terletak pada mesin. FJ40 dilengkapi mesin 6 silinder 4.230 cc liter, sedangkan BJ 40 bermesin diesel 1B dengan kapasitas 2.977 cc.
Setiap negara memiliki spesifikasi tersendiri, sebagai contoh di Australia BJ40 memakai pelek ring 16 inchi. Sedangkan versi lokal hanya dilengkapi dengan pelek ring 15 inchi. Selain itu perbedaan ada pada aksesori, semisal speedometer, kaca spion, sampai kaca jendela.
(Majalah JIP edisi 144 Januari 2009).


Baca Selengkapnya...

SIREGAR SILALI No.17



Selaku orang Batak saya menampilkan silsilah saya. Barangkali dari antara anda semua ada yang masih satu Nenek Moyang dengan saya. Dari si Raja Batak menurunkan si Raja Lontung selanjutnya menurunkan Toga Siregar dan selanjutnya seperti yang tertera dalam gambar...
Siregar Silali dan selanjutnya saya keturunan yang ke 17. Untuk lebih jelas di 'klik' aja gambarnya...
Baca Selengkapnya...

MY SON NEED A GUN.


Minggu yang lalu, saya menjalankan week end bersama dengan keluarga di Medan. Ini yang kedua kali saya bisa bertemu anak dan istri di sana selama mengikuti sekolah di Sekkau.

Sabtu malam, seperti biasanya saya bercerita kepada anak-anakku atau sekedar ngobrol tentang apa yang mereka lakukan sepanjang hari. Pada saat itu jam 20. ... si Kakak (Sarah/saat ini berumur 5 tahun) sudah tidur tidak jauh dari sampingku. Raymond (3 tahun) belum tidur dan kelihatannya belum mau, masih mengajakku berbincang-bincang. Sampai saatnya saya yang menanyakan tentang pengalamannya tidur dengan Oppung Boru (Neneknya)...

Papa : "Selama Papa sekolah pernah ga Raymond tidur di kamar Oppung?"
Raymond : "Pernah Pa... sering"
Papa : "Senang ga tidur disana... Disana ngapain aja sih?"
Raymond : "Enak Pa... biasanya Oppung cerita tentang isi Alkitab...
Kadang-kadang Oppung ajarin Emon nyanyi."

Tiba-tiba setelah selesai bercerita, munkin ada sesuatu yang tersimpan di ingatannya terlintas dan diceritakan kepada saya).

Papa : "Mon... kog diam "
Raymond : "Pa... pernah kan... waktu Emon temenin Mama belanja naik becak... Tukang
becaknya berantem, terus dipukuli..."
Papa : "Trus..."
Raymond : "Iya Pa... dipukuli terus sampai kesakitan. Mukanya berdarah-darah."
Papa : "Wah... nakal ya tukang becaknya... besok kita cari aja ya biar kita pukuli lagi ya..."
Raymond : "Jangan Pa... Yang jahat itu tukang parkirnya. Dia ganggu tukang becaknya."
Papa : "Ya sudah tukang parkirnya besok kita pukuli terus kita tendangi ya... "
Raymond : "Terus ditembak aja Pa...."
Papa : "O iya... besok kita tembak dia pakai pistol Emon yang dibeli Mama kemaren ya..."
(maksud saya pistol mainan plastik bentuk AK 47 yang persis sama bentuk tapi agak kecil mengeluarkan suara dengan tenaga baterai)
Raymond : "Jangan pake pistol Emon lah Pa... Itu kan pistol mainan. Pake pistol yang
beneranlah."
Papa : "O gitu ya... Nanti dia matilah Mon..."
Raymond : "Biar aja..."
Papa : (........ Mampus aku....)


Sejauh itukah...???
Baca Selengkapnya...

Berita Terkini