Sekali melangkah untuk menyerang pantang bagi Jepang untuk mundur lagi. Siapa yang menyangka negara kepulauan yang tidak terlalu luas dibanding dengan negara-negara besar lainnya di dunia itu, mampu mengalahkan negara super power seperti Amerika. Dan selanjutnya memperluas kekuasaannya di wilayah Asia Tenggara untuk mewujudkan Jepang sebagai Penguasa Asia Timur Raya.
Pada tanggal 23 November 1941 Wakil Laksamana Chuici Nagumo Jepang memerintahkan 6 kapal induk AL Jepang berangkat menuju Teluk Hittokappu di Kepulauan Kuril dan Pearl Harbour tanpa melakukan hubungan radio apapun. Armada Jepang itu terdiri dari : enam kapal induk, dua kapal tempur, tiga kapal penjelajah dan 12 kapal perusak. Mereka bergerak menuju samudera Pasifik.
Armada Jepang ini melewati Lautan Pasifik yang sepi untuk menghindari lalu lintas kapal dagang. Anehnya, Komando Pusat Operasi AL AS Laksamana Harold R.Stark mengirim sebuah peringatan perang kepada Panglima Armada Pasifik Laksamana Husband E. Kimmel bahwa armada Jepang terlihat meluncur bersama tiga kapal selam meninggalkan kepulauan Kuril namun kurang ditanggapi dengan serius karena jalur ini sering digunakan untuk area latihan perang.
Pada pagi buta di hari Minggu tanggal 7 Desember 1941, armada Jepang sudah berada 200 mil sebelah utara pulau Oahu dan 300 mil dari Kepulauan Hawaii tanpa ada yang mengetahui. Untuk meyakinkan situasi di Pearl Harbour, kapal penjelajah berat Tone dan Chikuma meluncurkan pesawat pengintai Aichi E13A1. Pesawat dari kapal Tone terbang menyusuri Lahaina, Maui, namun tidak apa-apa di sana. Sementara pesawat dari kapal Chikuma yang terbang melintas di atas Pearl Harbour pukul 05.30 menemukan kapal-kapal AS yang berjajar santai, tanpa kapal induk.
Setelah itu ratusan pesawat pembom, pelontar torpedo dan pesawat tempur Jepang tinggal landas dari kapal-kapal induk Akagi, Hiryu, Kaga, Shokaku, Soryu, dan Zuikaku dengan 441 pesawat. Pesawat terbang menyerang dalam dua gelombang, dan Laksamana Madya Chuici Nagumo memutuskan untuk membatalkan serangan ketiga untuk mundur.
Tepat pukul 06.00 tanggal 7 Desember 1941, 200 mil dari Pearl Harbour, kapal-kapal induk Jepang mulai meluncurkan 189 pesawat sebagai bagian dari serangan gelombang pertama. Komando dipegang oleh Letnan Kolonel Mitsuo Fuchida yang juga terbang dalam salah satu dari 40 pesawat pembom Nakajima B5N1 “Kates” di posisi terdepan. Diikuti kemudian oleh 50 pesawat pembom Nakajima B5N1 “Kates” yang dipersenjatai torpedo dan dipimpin oleh Letnan Kolonel Murata. Pesawat lainnya adalah pembom 54 Aichi D3A1 tipe 99 “Val” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Takahashi, serta 45 pesawat tempur Mitsubishi A6M2 tipe O yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Itaya.
Sebelum pukul 06.18 semua pesawat telah tinggal landas dari kapal induk dan meluncur menuju Pearl Harbour. Sekitar 353 pesawat tempur siap menghancurkan Pearl Harbour. Pada pukul 07.55 pagi, pesawat-pesawat terbang gelombang pertama bergemuruh di atas Pangkalan Angkatan Laut AS Pearl Harbour. Pagi itu para tentara AS sama sekali tidak siap. Banyak petugas yang tidak berada di posnya. Mereka tidak mengira akan muncul serangan dari tentara Jepang pada hari Minggu yang mereka anggap sebagai hari libur/santai. Akibatnya, pangkalan militer itu hancur dan terbakar. Asap hitam mengepul dimana-mana.
Sementara itu, Antares (AKS3) yang sedang menarik kapal pengangkut baja di jalur masuk Pearl Harbour, menangkap objek mencurigakan melalui layar radarnya pada jarak 1.350 m dari pantai. Objek itu terlihat sebagai kapal selam, namun tidak seorang pun yang bisa memastikan. Objek mencurigakan itu ditemukan di wilayah terlarang sehingga Antares menugaskan kapal perusak tua Ward (DD-139) yang dikomandani oleh Letnan William W.Outerbridge untuk mendekatinya.
Tembakan AS pertama yang dilepaskan dalam PD II dan korban pertama serangan Pearl Harbour sebenarnya terjadi ketika USS Ward menyerang dan menenggelamkan kapal selam kerdil Jepang. Ada lima kapal selam kerdil kelas Ko-hyoteki yang bermaksud mentorpedo kapal AS saat pengeboman dimulai. Tidak satupun kapal selam itu yang berhasil kembali dan hanya empat dari lima yang berhasil ditemukan. Dari sembilan puluh kelasi kapal selam, sembilan mati dan hanya seorang yang selamat yaitu Sakamaki Kazuo yang kemudian tertangkap. Dan menjadi tahanan perang pertama yang ditangkap oleh pihak AS dalam perang dunia II.
Perwira dek Kapal Ward, Letnan Oscar Gopner, segera memberitahu Chief of Naval Operations Laksmana William D. Leahy setelah mendapat berita dari Antares. Setelah mendapat berita itu, William memastikan objek yang dimaksud adalah kapal selam Jepang dan selanjutnya memerintahkan seluruh kru untuk bersiaga dalam posisi tempur.
Sementara Ward berputar haluan dan meluncur ke arah objek, seluruh kru segera menempati seluruh pos masing-masing. Ward terus mendekati objek. Satu dari empat senapan mesin kaliber 4 inci menyalak,diikuti tiga senapan mesin lainnya. Peluru tepat menghantam menara kapal selam. Karena diserang kapal selam mulai bergerak turun dan melarikan diri.
Sesaat setelah pertempuran, kira-kira pukul 06.45, William mengirim berita ke Pearl Harbour dengan sangat spesifik. Sayangnya berita itu tidak dikirim dalam bahasa percakapan melainkan dengan kode. Baru pada pukul 07.20 perwira piket distrik ke 114 AL Pearl Harbour, Liutenant Commander Harold Kaminski, menerima terjemahan kode berita itu. Sementara kode berita dari Ward sedang dalam perjalanan, layar radar di Opana Point menangkap gelombang pesawat sedang menuju Pearl Harbour. Namun para kru mendapat perintah agar mereka tidak perlu terlalu kawatir dengan pesawat-pesawat itu. Di tengah lautan, kapal perang Helm (DD388) tidak melakukan apapun ketika mendengar soal kapal selam asing itu. Bahkan seluruh moncong senjatanya masih ditutupi pelindung.
Bersamaan dengan tinggal landasnya pesawat terakhir dari kapal induk Jepang, pesawat-pesawat tempur enterprise justru berpatroli rutin di sekitar Wake. Seharusnya, hari itu sang kapal induk sudah kembali ke Pearl Harbour, tapi tertunda karena cuaca buruk.
Pada pukul 07.55 Laksamana Muda William R. Furlong, Perwira Piket Rutin melihat sebuah pesawat bermesin tunggal keluar dari awan, muncul dari perbukitan di utara Pearl Harbour. Pesawat ini memuntahkan bom yang jatuh di pantai dekat armada kapal. Ledakan dahsyat menggelegar. Namun justru Furlong menganggapnya sebagai pesawat yang sedang melakukan latihan. Ketika pesawat itu berputar lagi dan terbang rendah di atas kepalanya, barulah terlihat jelas olehnya gambar bulatan merah di badan pesawat, lambang pesawat tempur Jepang.
Bersamaan dengan suara histeris di segala penjuru, Furlong langsung berteriak memberitahu kepada semua orang bahwa serangan udara musuh telah dimulai dengan berlari berlari menuju markas dan memerintahkan agar bendera “Roger” dinaikkan, yaitu tanda untuk memberikan tembakan balasan. Namun tembakan sporadis telah terdengar di seluruh penjuru Pearl Harbour sebelum bendera itu berkibar. Furlong juga sempat melihat pesawat B5N1 melepaskan torpedo yang membuat kapal USS West Virginia dan USS Oklahoma Mengalami kebocoran karena lubang besar di badannya.
Kapal USS Arizona hancur dan tenggelam bersama ribuan awaknya. Sebuah B5N1 datang dari arah yang lain, melepaskan torpedo ke arah dek nomor 1010, tempat USS Pennsylavania biasa bersauh. Namun, justru USS Oglala yang ada di situ. Rudal gagal menghantam USS Oglala yang kebetulan ada di dek, tapi berhasil menghantam lambung kapal tambang USS Helena. Akibatnya Helena meledak keras dan mulai tenggelam. Semua krunya kocar-kacir menuju daratan. Sementara pertempuaran untuk melindungi USS Oglala masih berlangsung, grup B5N1 yang lain mengarah ke timur laut Pearl Harbour. Di sana bersauh kapal Tangier (AV-8), Utah (AG-16), Raleigh (CL-7) dan Detroit (CL-8). Satu torpedo berhasil menghantam USS Raleigh, lainnya menghancurkan USS Utah.
Sebenarnya pada waktu itu ada delapan kapal tempur AL AS, sejenis kapal penjelajah raksasa yang sedang berada disana. Kapal-kapal besar inilah yang menjadi sasaran utama penerbang Jepang. Mereka menghujaninya dengan bom dan torpedo karena mengira sasaran tersebut adalah kapal-kapal induk.
Ratusan pesawat terbang AS di pangkalan udara di dekatnya juga diserang pesawat-pesawat Jepang. Akibatnya banyak pesawat terbang AS yang hancur di landasan sebelum sempat tinggal landas untuk memberikan perlawanan. Bahkan dalam serangan gelombang pertama tentara jepang itu kapal-kapal tempur USS Arizona, USS California, dan USS West Virginia tenggelam. Sementara kapal tempur USS Oklahoma terbalik.
Sekitar 45 menit kemudian tentara Jepang melakukan serangan gelombang kedua. Hasilnya, kapal-kapal tempur USS Maryland, USS Nevada, USS Tenessee, dan USS Pennsylvania yang sedang berada di galangan pun hancur. Sepuluh kapal lain tenggelam atau rusak berat.
Armada Jepang mengakhiri serangan Pearl Harbour pada pukul 09.45. Pesawat-pesawat Jepang masih sempat menyerang stasiun udara AL AS di Teluk Kaneohe, barak AD AS di Schofield dan pangkalan udara Wheeler dan Hickam. Laksamana Nagumo benar-benar membuat Pearl Harbour bertekuk lutut. Armada yang dipimpinnya kemudian kembali ke Jepang dengan membawa kejayaan. Dalam waktu tak lebih dari dua jam, Jepang sudah menguasai Pasifik.
Dalam serangan terhadap Pearl Harbour ini, sekitar 20 kapal tempur AS rusak dan tenggelam,188 pesawat terbang rusak, dan 2.403 orang tewas. Data lain menyebutkan bahwa 7 kapal perang hancur, 2.897 warga AS di Oahu tewas, 897 orang luka-luka dan 26 orang hilang. Sementara Jepang kehilangan 55 pesawat tempur dari 441 pesawat tempur yang digunakan dalam penyerangan. Hampir semua pesawat terbang AS musnah di atas tanah, hanya beberapa pejuang yang berhasil lolos dan bertempur. Kapal USS Arizona diledakkan dan tenggelam sehingga menewaskan 1.100 orang yang hampir separuhnya adalah orang AS. Pihak AS masih beruntung karena ada tiga kapal induk yang seharusnya berpangkalan di Pearl Harbour pada waktu itu sedang berada di laut lepas sehingga luput dari serangan. Inilah yang mencegah kelumpuhan total Armada Pasifik AS.
Selanjutnya dengan keberhasilan ini semakin mempermudah bagi Jepang dalam menaklukkan Asia Tenggara, Indonesia dan Pasifik Selatan.