Pada masa pelayanan Nabi Habakuk, kejahatan, kekerasan, dan
ketidakadilan merajalela di Kerajaan Yehuda. Hukum tidak memiliki
kekuatan (1:2-4). Dalam keadaan seperti itu, Allah mengatakan bahwa Dia
telah membangkitkan bangsa Kasdim (1:6), yaitu sebutan untuk sebuah suku
bangsa di Babel Selatan yang kemudian menguasai seluruh wilayah Babel,
sehingga bangsa Kasdim ini kemudian dianggap sebagai mewakili seluruh
bangsa Babel. Bangsa Kasdim ini ganas dan
pandai berperang sehingga wilayah kekuasaan mereka terus berkembang
sampai akhirnya mereka berhasil menaklukkan Kerajaan Asyur, kerajaan
yang berkuasa sebelum berkembangnya Kerajaan Babel, pada tahun 612 BC.
Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa Nabi Habakuk melayani pada
zaman pemerintahan Raja Yoyakim (608-597 BC), yaitu raja yang jahat yang
memimpin bangsanya kepada kehancuran (2 Raja-raja 23:34-24:5).
Kondisi masyarakat yang penuh dengan kejahatan, kekerasan, dan
ketidakadilan pada masa itu membuat Nabi Habakuk berseru memohon
pertolongan Tuhan (Habakuk 1:2-4). Jawaban Tuhan membuat Nabi Habakuk
semakin gelisah, yaitu bahwa Tuhan akan mengutus bangsa Kasdim untuk
menghukum Yehuda (1:5-11). Kegelisahan Nabi Habakuk ini disebabkan
karena dia mengetahui bahwa bangsa Kasdim adalah bangsa yang amat sadis.
Menurut hasil temuan arkeologis, tawanan perang mereka dibawa dengan
tali yang diujungnya terikat sebuah kail, dan kail itu dikaitkan ke
hidung atau bibir bawah tawanan mereka (Bandingkan dengan 1:15). Nabi
Habakuk sulit untuk mengerti bagaimana Allah bisa menghukum Yehuda
dengan memanfaatkan bangsa Kasdim yang lebih jahat daripada bangsa
Yehuda (1:13, “orang fasik” menunjuk kepada bangsa Kasdim, sedangkan
“orang yang lebih benar” menunjuk kepada bangsa Yehuda).
Terhadap keberatan Nabi Habakuk itu, Tuhan menyampaikan dua hal penting, yaitu: Pertama,
“orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya” (2:4; perkataan itu
bisa pula diterjemahkan menjadi, “orang benar akan hidup oleh iman”). Kedua,
bila sudah tiba waktunya, bangsa Babel juga akan menerima hukuman Allah
karena kejahatan mereka. Bila Allah sudah mulai bertindak untuk
menghukum, patung-patung dewa yang disembah oleh bangsa Kasdim tidak
akan bisa menolong (2:5-20).
Setelah mendengarkan jawaban Allah, Nabi Habakuk memberi respons
berbentuk sebuah nyanyian yang berisi doa dan pengakuan iman yang agung
dalam pasal 3. Habakuk 3:17-19 menjadi pegangan dan penghiburan bagi banyak orang percaya pada masa kini.