Pasanggrahan Brastagi |
Tanggal 22 Desember 1948 kira-kira
jam 10.00, iring-iringan konvoi 8 kendaraan memasuki halaman Pasanggrahan
Brastagi. Karno Sobiran pelayan di Pasanggrahan itu memperhatikan orang-orang
yang turun dari kendaraan tersebut.
Astaqfirullah, Presiden Soekarno
rupanya yang keluar dari salah satu kendaraan yang tertutup itu. Kemudian
menyusul dua orang lainnya yang juga sudah ditanda Karno Sobiran yaitu H. Agus
Salim dan Sutan Syahrir. Karno Sobiran segera menyongsong Bung Karno dan
membawa kopornya ke kamar nomor 1. Hanya kamar mandi ini yang kamar mandinya
ada di dalam. Sedang kamar yang disediakan untuk H. Agus Salim dan Sutan
Syahrir tidak ada kamar mandi dalamnya.
Setelah Karno Sobiran mengantar
Bung Karno ke kamarnya, dan meletakkan kopor Bung Karno ia pun segera keluar
kamar untuk mengambil minuman yang sudah disediakan istrinya Saniah.
* “Siapa nama kamu?”
- “Karno Pak”
* “Lho kok pakai nama saya?”
- “Secara Kebetulan Pak”
*
(Bung Karno angguk-angguk dan tersenyum).
Menurut
cerita Karno Sobiran, selama Bung Karno ditawan di Brastagi itu penjagaan bukan
main ketatnya. Disekeliling Pasanggrahan ditempatkan beberapa senapan mesin
berat dengan pengawalan dan pasukan infantry Belanda begitu berlapis.
Setelah magrib Karno Sobiran masuk
ke dalam kamar Bung Karno dan memijit-mijit betis beliau.
-
“Pak…”
tegur Karno Sobiran, “itu yang menjadi tentara Belanda adalah bangsa kita
Indonesia.”
·
“Taka
apa, mereka tidak mengerti. Sebetulnya mereka yang menjadi tentara Belanda itu
diambil oleh Belanda dari tentara ‘Romusha Jepang’. Dan mereka tidak kenal
saya, demikian Bung Karno.
Dalam
kesempatan itu, Bung Karno juga menceritakan pengalaman ketika diasingkan oleh
Belanda ke Bengkulu. Satu hal yang sangat penting yang dikatakan oleh Bung
Karno kepada Karno Sobiran adalah sebagai berikut,
·
“Kalau
tahu No… kita bisa merdeka berkat rahmat Allah. Kalau kita pikir mana mungkin
kita bisa merdeka, lawan kita sangat lengkap senjatanya. Sedangkan kita hanya
dengan bambu runcing. Yang sudah lalu dan berbagai kesulitan yang kita alami
tidak usah diingat-ingat lagi, sehingga yang penting sekarang kita atur
perjuangan ini sehingga kita bisa mencapai kemenangan”
4 Sedadu
Belanda membelot
Menurut Karno Sobiran, Bung Karno
sangat rajin shalat. Tiap pagi jam 08.00 Bung Karno melakukan gerak jalan di
sekeliling Pasanggrahan, sambil menghirup udara yang segar pagi hari. Semua itu
dilakukan untuk kesehatan tubuhnya. Satu hal yang sangat terkesan bagi Karno
Sobiran adalah wibawa Bung Karno.
Pada satu sore Bung Karno
duduk-duduk di bawah pohon rindang di samping Pasanggrahan tidak jauh dari
tempat itu ada tentara Belanda asli juga ada di bawah pohon itu. Dari jauh
kelihatan Belanda-Belanda itu sangat terkesima mendengar apa yang dikatakan
oleh Bung Karno. Di depan Bung Karno itu kelihatan Belanda-Belanda itu seperti
tidak berkutik. Hal ini tidak lain karena besarnya wibawa Bung Karno.
Karno Sobiran sungguh tidak
menyangka bahwa 4 orang tentara Belanda yang mengawal Bung Karno dan
bicara-bicara dengan Bung Karno telah pergi meninggalkan satuannya menuju kea
rah barat. Kehilangan 4 orang serdadu Belanda itu telah merepotkan komandannya.
Menurut Karno Sobiran, kemudian dia mendengar kabar salah seorang serdadu
Belanda itu tewas ditembak oleh temannya sendiri karena dia ragu untuk
membelot. Karno Sobiran tidak tahu kemana perginya tiga orang lagi serdadu
Belanda itu, apakah ditangkap. Belakangan diketahui tiga orang tentara Belanda
itu membelot ke pihak Republik bergabung dengan pasukan Republik.