Sejak Bung Karno ditawan di
Pasanggrahan Brastagi, Bung Karno tidak mau makan yang disediakan oleh Belanda.
Makanan yang disediakan di Pasanggrahan berbagai macam makanan kaleng, daging
kaleng dan sebaginya. Dan yang mengurus makanan yang disediakan Belanda ada dua
orang koki Tionghoa.
Karena Bung Karno hanya mau
makan makanan yang disediakan oleh Karno Sobiran dan dimasak oleh istrinya,
maka apa yang dimanakan oleh Karno Sobiran itulah yang dimakan oleh Bung Karno.
Kalau dia pergi ke pasar untuk berbelanja di pasar Brastagi, dilebihkan sedikit
untuk Bung Karno. Setiap dia pergi ke pajak untuk belanja, Karno Sobiran tetap
dikawal oleh serdadu Belanda dan tidak boleng ngomong dengan siapapun. Menurut
Karno Sobiran, Bung Karno senang makan sayur-sayuran karena sayuran itu sehat.
Petinggi-petinggi Belanda
baik yang ada di Medan, Jakarta maupun di negeri Belanda sangat kecewa dan malu
karena mereka tidak berhasil “mengerjai” Bung Karno atau menyuap Bung Karno
dengan uang yang banyak. Karena mereka mungkin sudah “kalap” akhirnya bermaksud
membunuh Bung Karno dengan racun.
Pada suatu hari ketika Karno
Sobiran hendak melangkah membawa makanan menuju kamar tidur Bung Karno, segera
dicegat oleh seorang Letnan Belanda. Kepada Karno Sobiran disodorkan satu botol
kecil racun dan disuruh tuangkan dalam kedalam makanan Bung Karno. Letnan
Belanda itu berkata, “Masukkan ini racun dalam makanan tamu itu, supaya dia
mampus.” “Gila kau…!!!” bentak Sobiran terhadap Letnan Belanda itu. “Kalau
kuberitahu sama Bapak itu nanti kau seperti tikus disiram minyak”, kata Karno
Sobiran lagi. Belanda itu diam tidak berkutik.
Saking marahnya Karno
Sobiran kepada Letnan Belanda itu, dia tidak peduli kalau apa yang
diperintahnya ditolak, dia akan ditembak, rasanya dia sudah rela dan ikhlas.
Mengenai rencana Belanda hendak meracun Bung Karno, hal ini oleh Karno Sobiran
waktu itu tidak disampaikan kepada Bung Karno, karena takut beliau kecil hati.
Lagipula Bung Karno telah ada firasat kemungkinan dia akan diracun oleh
Belanda.
Dengan gagalnya Belanda
menyuap Bung Karno dengan uang yang begitu banyak, dan gagal pula meracun
beliau, sudah tentu Belanda sangat malu dan terpukul. Apalagi kemudian didengar
ada gerakan TNI dan lascar yang berusaha mendekati Pasanggrahan tempat Bung
Karno ditawan dengan maksud membebaskan beliau. Mungkin karena pertimbangan
itu, maka Bung Karno dipindahkan ke Parapat setelah 12 hari ditawan di
Pasanggrahan Brastagi.
Hari masih pagi jam
menunjukkan angka 9, konvoi yang akan membawa Bung Karno, H.Agus Salim dan
Sutan Syahrir ke Parapat telah disiapkan di depan Pasanggrahan. Dan kendaraan
untuk Bung Karno dan dua orang pemimpin Republik ini juga telah standby. Pada
saat hendak berangkat Bung Karno sempat meninggalkan beberapa pesan kepada
Karno Sobiran. Tidak lama kemudian iring-iringan konvoi berangkat meninggalkan
Pasanggrahan Brastagi menuju Parapat.
*
Booklet Peristiwa Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Sumatera Utara, DPD
Legiun Veteran RI (LVRI) Prov. Sumatera Utara 17 Agustus 2011