Jumat, 30 September 2011
Selasa, 27 September 2011
Kamis, 15 September 2011
ARTI "BONA NI PINASA" BAGI BANGSA BATAK
Bagi suku bangsa Batak, istilah Bona ni Pinasa bukanlah
suatu hal yang baru. Terjemahan dalam bahasa Indonesia maka artinya adalah “pohon
nangka”. Bila terdengar dalam suatu kalimat berbahasa batak arti Bona ni Pinasa
tak lain adalah sebuah perumpamaan yang melambangkan “Huta Hatubuan” atau
kampung tempat kita dilahirkan.
Dari sekian banyak jenis pohon kenapa para leluhur suku
bangsa batak harus menggunakan pohon nangka sebagai salah satu simbol dalam
kehidupan sehari-harinya. Hal Inilah dipercaya membuat orang-orang keturunan
Batak yang berada di tanah perantauan bahkan diseluruh dunia akan selalu ingat
jati dirinya.
Ada beberapa arti yang tersirat di dalamnya yaitu antara
lain :
PERTAMA, bila kulit pohon dilukai, digeret atau ditebas
maka akan mengeluarkan getah yang berwarna putih dan akan mengalir terus
memanjang ke bawah selama ia masih ada. Diumpakan terhadap keluarga dan
keturunan orang Batak yang berada di perantauan dimana pun ia berada bila
diurutkan tarombo (silsilah) akan tetap terhubung dan akan ingat kampung
halaman.
KEDUA, dalam satu buah nangka yang utuh terdapat buah dalam
jumlah banyak dan terpisah oleh sekat-sekatnya. Dalam daging buah terdapat biji.
Daging buah adalah bagian yang dapat dimakan dan diumpamakanlah ini sebagai
jabu/rumah yang banyak berada dalam satu perkampungan.
KETIGA, sekat-sekat pembatas antara buah tersebut
diumpamakan sebagai aturan, norma maupun adat istiadat yang mengatur hubungan
antar keluarga dalam satu huta/kampung. Demikianlah eratnya hubungan antara
sesama seperti rekatnya buah dan sekat pembatasnya.
KEEMPAT, kulit buah nangka yang membungkus seluruh buah
diumpamakan sebagai seorang pemimpin / raja yang berkuasa atas satu
huta/kampung.
KELIMA, biji buah nangka diumpamakan sebagai orang-orang
penduduk kampung hidup secara turun temurun. Sebab kalau biji nangka ditanam
dan dirawat akan dapat tumbuh.
KEENAM, getah pohon diumpamakan sebagai (mudar) darah.
Seorang ibu akan merasa kesakitan dan mengeluarkan darah pada saat
melahirkan/persalinan, demikianlah setiap keturunan Batak dilahirkan, dibesarkan
dan dewasa dengan perjuangan dan pengorbanan orang tua/nenek moyangnya. Sehingga
tidak boleh sekali-sekali melupakan kesusahan orang tua itu.
KETUJUH, batang kayu pohon nangka terkenal sangat kuat,
keras, demikian juga akarnya tertanam banyak dan dalam ke bawah tanah. Inilah sebagai
simbol betapa kuat dan teguhnya adat bagi orang Batak.
Banyak lagi kegunaan dari bagian-bagian pohon nangka
(bona ni pinasa) yang berguna bagi manusia dan dapat dilambangkan bagi
kehidupan bangsa Batak.
Pada jaman dahulu kala leluhur bangsa batak sering hidup
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini disebabkan oleh
berbagai hal diantaranya untuk mencari lahan pertanian, peperangan antar huta,
mencari krhidupan yang lebih layak dan lainnya. Lazimnya kebiasaan mereka bila
sudah menempati tempat tinggal baru dan diam disana, mereka menanam pohon
nangka (“pinasa”). Itulah sebagai simbol kehidupannya dan termasuk dapat
memenuhi beberapa keperluan dari pohon nangka tersebut.
Bila mereka harus meninggalkan tempat tersebut atau
dengan kata lain pindah ke tempat lain, suatu hari mereka akan selalu ingat ke huta panuanan ni pinasa tadi. Mereka akan
mencari dan menemukan bona ni pinasa itu sudah besar pohonnya dan berbuah
banyak. Sehingga timbul lagi keinginan dalam hati untuk tinggal dan diam
disana.
Demikianlah leluhur bangsa Batak membuat istilah Bona ni Pinasa sebagai suatu lambang
perikehidupan dan kebiasaan untuk dapat dimengerti anak cucu keturunannya.
Selasa, 13 September 2011
HANTU API (GHOST OF FIRE)
Asiknya bermain kembang api. Fotonya diambil waktu anakku sedang main kembang api. Kilauan cahaya api bisa terlihat indah memukau. Bagian yang paling menarik dari api adalah geloranya, pada saat percikan pertama. Sama seperti gelora semangat manusia pada saat beraktifitas.
PEMIMPIN REPUBLIK DITAWAN BELANDA DI BRASTAGI
![]() |
Pasanggrahan Brastagi |
Tanggal 22 Desember 1948 kira-kira
jam 10.00, iring-iringan konvoi 8 kendaraan memasuki halaman Pasanggrahan
Brastagi. Karno Sobiran pelayan di Pasanggrahan itu memperhatikan orang-orang
yang turun dari kendaraan tersebut.
Astaqfirullah, Presiden Soekarno
rupanya yang keluar dari salah satu kendaraan yang tertutup itu. Kemudian
menyusul dua orang lainnya yang juga sudah ditanda Karno Sobiran yaitu H. Agus
Salim dan Sutan Syahrir. Karno Sobiran segera menyongsong Bung Karno dan
membawa kopornya ke kamar nomor 1. Hanya kamar mandi ini yang kamar mandinya
ada di dalam. Sedang kamar yang disediakan untuk H. Agus Salim dan Sutan
Syahrir tidak ada kamar mandi dalamnya.
Setelah Karno Sobiran mengantar
Bung Karno ke kamarnya, dan meletakkan kopor Bung Karno ia pun segera keluar
kamar untuk mengambil minuman yang sudah disediakan istrinya Saniah.
* “Siapa nama kamu?”
- “Karno Pak”
* “Lho kok pakai nama saya?”
- “Secara Kebetulan Pak”
*
(Bung Karno angguk-angguk dan tersenyum).
Menurut
cerita Karno Sobiran, selama Bung Karno ditawan di Brastagi itu penjagaan bukan
main ketatnya. Disekeliling Pasanggrahan ditempatkan beberapa senapan mesin
berat dengan pengawalan dan pasukan infantry Belanda begitu berlapis.
Setelah magrib Karno Sobiran masuk
ke dalam kamar Bung Karno dan memijit-mijit betis beliau.
-
“Pak…”
tegur Karno Sobiran, “itu yang menjadi tentara Belanda adalah bangsa kita
Indonesia.”
·
“Taka
apa, mereka tidak mengerti. Sebetulnya mereka yang menjadi tentara Belanda itu
diambil oleh Belanda dari tentara ‘Romusha Jepang’. Dan mereka tidak kenal
saya, demikian Bung Karno.
Dalam
kesempatan itu, Bung Karno juga menceritakan pengalaman ketika diasingkan oleh
Belanda ke Bengkulu. Satu hal yang sangat penting yang dikatakan oleh Bung
Karno kepada Karno Sobiran adalah sebagai berikut,
·
“Kalau
tahu No… kita bisa merdeka berkat rahmat Allah. Kalau kita pikir mana mungkin
kita bisa merdeka, lawan kita sangat lengkap senjatanya. Sedangkan kita hanya
dengan bambu runcing. Yang sudah lalu dan berbagai kesulitan yang kita alami
tidak usah diingat-ingat lagi, sehingga yang penting sekarang kita atur
perjuangan ini sehingga kita bisa mencapai kemenangan”
4 Sedadu
Belanda membelot
Menurut Karno Sobiran, Bung Karno
sangat rajin shalat. Tiap pagi jam 08.00 Bung Karno melakukan gerak jalan di
sekeliling Pasanggrahan, sambil menghirup udara yang segar pagi hari. Semua itu
dilakukan untuk kesehatan tubuhnya. Satu hal yang sangat terkesan bagi Karno
Sobiran adalah wibawa Bung Karno.
Pada satu sore Bung Karno
duduk-duduk di bawah pohon rindang di samping Pasanggrahan tidak jauh dari
tempat itu ada tentara Belanda asli juga ada di bawah pohon itu. Dari jauh
kelihatan Belanda-Belanda itu sangat terkesima mendengar apa yang dikatakan
oleh Bung Karno. Di depan Bung Karno itu kelihatan Belanda-Belanda itu seperti
tidak berkutik. Hal ini tidak lain karena besarnya wibawa Bung Karno.
Karno Sobiran sungguh tidak
menyangka bahwa 4 orang tentara Belanda yang mengawal Bung Karno dan
bicara-bicara dengan Bung Karno telah pergi meninggalkan satuannya menuju kea
rah barat. Kehilangan 4 orang serdadu Belanda itu telah merepotkan komandannya.
Menurut Karno Sobiran, kemudian dia mendengar kabar salah seorang serdadu
Belanda itu tewas ditembak oleh temannya sendiri karena dia ragu untuk
membelot. Karno Sobiran tidak tahu kemana perginya tiga orang lagi serdadu
Belanda itu, apakah ditangkap. Belakangan diketahui tiga orang tentara Belanda
itu membelot ke pihak Republik bergabung dengan pasukan Republik.
Rabu, 07 September 2011
4 MUSTANG BELANDA SERANG KEDUDUKAN MERIAM REPUBLIK DEKAT KUTARAJA (BANDA ACEH)
Hari itu tanggal 12 Juni, empat buah Mustang Belanda
datang dari arah Pulau Sabang yang merupakan pangkalan Belanda. Sampai di atas
kota pelabuhan Uleue Lheue keempat pesawat itu menyusur pantai. Seolah-olah
mereka ingin mengetahui dan memancing agar meriam yang menyalak menghantam
kapal perang Belanda bersuara lagi. Pesawat itu mulai melakukan penembakan.
Melihat iring-iringan Mustang Belanda yang terbang agak rendah itu membuat
pelayan meriam pantai dan penangkis serangan udara ingin memanfaatkan
kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
Pelayan-pelayan meriam anak buah Letnan Djuned Nurdin
tidak membiarkan kesempatan yang baik ini. Peluru segera dimuntahkan ke arah
pesawat-pesawat Mustang Belanda itu. Mengetahui ada tembakan dari bawah
pesawat-pesawat itu mulai menyebar. Mustang Belanda tidak bisa melakukan
serangan serentak untuk membikin “lumat” meriam Republik ini. Sebabnya letak
meriam diatas sebuah bukit yang dibelakangnya ada bukit yang lebih tinggi lagi.
Hal ini membuat tidak leluasanya pesawat-pesawat menukik menyerang kemudian
kemudian naik lagi. Penyerangan terpaksa dilakukan satu demi satu. Satu menukik
dan naik, kemudian disusul oleh yang lain. Tapi para pejuang itu sedikitpun
tidak gentar. Karena pertempuran darat-udara yang serupa ini memang telah
dinanti.
Dalam pertempuran yang dapat dikatakan cukup seru dan
tidak berimbang itu, seorang prajurit yang bernama Djafar saat mencoba
mengarahkan laras meriam kena tembak dibagian kening hingga tembus ke belakang.
Sementara itu pelayan peluru bernama Ali Diman kena peluru Mustang Belanda
hingga kakinya putus. Korban ini jatuh setelah beberapa waktu lamanya
pertempuran berlangsung. Karena penentu arah meriam telah gugur dan pelayan
peluru terluka, tentu saja meriam itu tidak bisa menyalak lagi. Tapi serangan
bertubitubi dari Belanda masih diteruskan. Tiba-tiba entah darimana datangnya
awan hitam gelap seolah-olah memayungi tempat bertempur itu, padahal udara
waktu itu begitu cerah. Karena awan tebal itu membuat mustang-mustang Belanda
menghentikan serangannya.
Ali Diman seorang prajurit yang gagah berani itu dirawat
di Rumah Sakit Umum Banda Aceh. Dalam masa perawatan di RSU Banda Aceh Presiden
Soekarno sempat mengunjungi Ali Diman pada juni 1948 sekaligus menyematkan
Bintang Gerilya kepadanya. Dan ini merupakan Bintang Gerilya Pertama yang
disematkan oleh Presiden.
Pertempuran darat-udara ini terjadi di bukit Sampe (Gle
Gurah) dekat Banda Aceh. Dan dipimpin langsung oleh Letnan Djuned Nurdin
Komandan Artileri Laut, Uleu Lhue- Banda Aceh. Diantara begitu banyak Batalyon
di Medan Area yang menghadapi pasukan Belanda dengan persenjataannya yang
lengkap. Diantaranya terdapat komandan-komandannya antara lain Kapten Trisno
Mardjoenet, Letnan A.S.Rangkuty, Sarwin Saragih, Tugimin, Syamsul Sulaiman dan
lain-lain.
* Booklet
Peristiwa Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Sumatera Utara, DPD Legiun Veteran
RI (LVRI) Prov. Sumatera Utara 17 Agustus 2011
Selasa, 06 September 2011
GAGAL DISUAP BUNG KARNO HENDAK DIRACUN
Sejak Bung Karno ditawan di
Pasanggrahan Brastagi, Bung Karno tidak mau makan yang disediakan oleh Belanda.
Makanan yang disediakan di Pasanggrahan berbagai macam makanan kaleng, daging
kaleng dan sebaginya. Dan yang mengurus makanan yang disediakan Belanda ada dua
orang koki Tionghoa.
Karena Bung Karno hanya mau
makan makanan yang disediakan oleh Karno Sobiran dan dimasak oleh istrinya,
maka apa yang dimanakan oleh Karno Sobiran itulah yang dimakan oleh Bung Karno.
Kalau dia pergi ke pasar untuk berbelanja di pasar Brastagi, dilebihkan sedikit
untuk Bung Karno. Setiap dia pergi ke pajak untuk belanja, Karno Sobiran tetap
dikawal oleh serdadu Belanda dan tidak boleng ngomong dengan siapapun. Menurut
Karno Sobiran, Bung Karno senang makan sayur-sayuran karena sayuran itu sehat.
Petinggi-petinggi Belanda
baik yang ada di Medan, Jakarta maupun di negeri Belanda sangat kecewa dan malu
karena mereka tidak berhasil “mengerjai” Bung Karno atau menyuap Bung Karno
dengan uang yang banyak. Karena mereka mungkin sudah “kalap” akhirnya bermaksud
membunuh Bung Karno dengan racun.
Pada suatu hari ketika Karno
Sobiran hendak melangkah membawa makanan menuju kamar tidur Bung Karno, segera
dicegat oleh seorang Letnan Belanda. Kepada Karno Sobiran disodorkan satu botol
kecil racun dan disuruh tuangkan dalam kedalam makanan Bung Karno. Letnan
Belanda itu berkata, “Masukkan ini racun dalam makanan tamu itu, supaya dia
mampus.” “Gila kau…!!!” bentak Sobiran terhadap Letnan Belanda itu. “Kalau
kuberitahu sama Bapak itu nanti kau seperti tikus disiram minyak”, kata Karno
Sobiran lagi. Belanda itu diam tidak berkutik.
Saking marahnya Karno
Sobiran kepada Letnan Belanda itu, dia tidak peduli kalau apa yang
diperintahnya ditolak, dia akan ditembak, rasanya dia sudah rela dan ikhlas.
Mengenai rencana Belanda hendak meracun Bung Karno, hal ini oleh Karno Sobiran
waktu itu tidak disampaikan kepada Bung Karno, karena takut beliau kecil hati.
Lagipula Bung Karno telah ada firasat kemungkinan dia akan diracun oleh
Belanda.
Dengan gagalnya Belanda
menyuap Bung Karno dengan uang yang begitu banyak, dan gagal pula meracun
beliau, sudah tentu Belanda sangat malu dan terpukul. Apalagi kemudian didengar
ada gerakan TNI dan lascar yang berusaha mendekati Pasanggrahan tempat Bung
Karno ditawan dengan maksud membebaskan beliau. Mungkin karena pertimbangan
itu, maka Bung Karno dipindahkan ke Parapat setelah 12 hari ditawan di
Pasanggrahan Brastagi.
Hari masih pagi jam
menunjukkan angka 9, konvoi yang akan membawa Bung Karno, H.Agus Salim dan
Sutan Syahrir ke Parapat telah disiapkan di depan Pasanggrahan. Dan kendaraan
untuk Bung Karno dan dua orang pemimpin Republik ini juga telah standby. Pada
saat hendak berangkat Bung Karno sempat meninggalkan beberapa pesan kepada
Karno Sobiran. Tidak lama kemudian iring-iringan konvoi berangkat meninggalkan
Pasanggrahan Brastagi menuju Parapat.
*
Booklet Peristiwa Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Sumatera Utara, DPD
Legiun Veteran RI (LVRI) Prov. Sumatera Utara 17 Agustus 2011
Langganan:
Postingan (Atom)
