Minggu, 27 April 2025

Di Antara Pisang, Tawa, dan Kehangatan Desa (Foto Pilihan Harian Kompas)

Di sebuah sudut sederhana di pedesaan, kehidupan bergerak dalam ritme yang perlahan namun penuh makna. Tidak ada deru kendaraan, tidak ada hiruk pikuk kota. Yang ada hanya tawa riang anak-anak, aroma tanah basah, dan semilir angin yang membawa suara dedaunan bambu bergesekan.

Pada sebuah pagi yang cerah, seorang ayah duduk santai di atas peti kayu, tenggelam dalam lembaran surat kabar. Di sekitarnya, dua anak laki-laki dengan riang berlarian, membantu menyusun tandan-tandan pisang yang digantung di rak kayu sederhana. Salah satu dari mereka bahkan memanjat peti, berusaha meraih pisang dengan tangan kecilnya yang penuh semangat. Semua bergerak alami, tanpa dibuat-buat. Semua mengalir sebagaimana kehidupan di desa: jujur, hangat, dan tulus.

Foto ini menangkap lebih dari sekadar aktivitas sehari-hari. Ia adalah potret tentang kedekatan keluarga, tentang nilai kerja keras yang diajarkan sejak dini, dan tentang rasa syukur atas hal-hal kecil yang sering luput di tengah kehidupan modern.

Di desa, kebahagiaan tak diukur dengan kecepatan koneksi internet atau gemerlap lampu kota. Ia hadir dalam wujud yang sederhana: dalam ikatan keluarga, dalam kegiatan kecil bersama, dan dalam tawa tanpa beban. Waktu seolah melambat, memberi ruang bagi setiap momen untuk benar-benar dirasakan.

Karya ini, yang sempat terpilih untuk ditampilkan di akun resmi Harian Kompas tanggal 29 September 2022, menjadi pengingat indah bahwa kadang, di tempat-tempat yang jauh dari hiruk pikuk, kita menemukan arti kehidupan yang sebenarnya.

Di antara pisang yang menguning, tawa anak-anak, dan ketenangan seorang ayah, ada cerita kecil yang sederhana — namun justru di sanalah letak keajaiban sebuah kehidupan.




Anak-anak membantu menyusun dagangan pisang di desa, potret kehidupan sederhana penuh kehangatan.

Sabtu, 26 April 2025

Pengalaman Memenangkan HIPA Instagram Contest: Daylight 2021


Tanggal 4 Juni 2021 menjadi salah satu momen yang tidak akan pernah saya lupakan. 

Hari itu, saya dinyatakan sebagai pemenang lomba fotografi Instagram yang diselenggarakan oleh Hamdan Bin Mohammed Bin Rashid Al Maktoum International Photography Award (HIPA) untuk tema HIPAContest_Daylight.

Foto yang saya kirimkan diambil pada hari Minggu, 14 Juni 2020, dalam sebuah event komunitas foto bertema "Human Interest" di sebuah desa daerah Serpong, Tangerang Selatan.  

Salah satu konsep yang diangkat saat itu adalah "anak bermain layangan", dengan latar belakang rimbunan pohon bambu yang sangat lebat dan magis.

Ketika berada di lokasi, para fotografer umumnya mengarahkan kamera mereka pada kedua anak kecil yang bermain di bawah rimbunan bambu, terutama di area yang terkena ROL (Ray of Light) — berkas cahaya matahari yang menembus sela-sela pepohonan bambu.  

Saya pun melakukan hal yang sama, namun sambil terus mencoba berpindah-pindah posisi, mencari sudut pandang yang mungkin menawarkan sesuatu yang lebih istimewa.

Saya masih menggunakan kamera full frame dengan lensa wide, dan saat berkeliling, saya menemukan sesuatu yang spesial:  

Pijaran matahari yang menerobos di antara batang-batang bambu menciptakan efek dramatis alami yang luar biasa.  

Tanpa banyak berpikir, saya langsung menempatkan seluruh elemen gambar pada komposisi yang pas dan mengeksekusi jepretan secepat mungkin, sebelum posisi matahari bergeser.

Hasilnya?

Sebuah foto yang menurut saya sangat natural, penuh energi kehidupan, dan memancarkan kehangatan siang itu.

Sertifikat dan Medali Penghargaan

Sebagai bentuk apresiasi, saya menerima Certificate of Appreciation dan Gold Medal resmi dari HIPA.  

Penghargaan ini menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus berkarya dan mengeksplorasi dunia fotografi.


(Gambar: Sertifikat & Medali HIPA)  


(Gambar: Foto pemenang - Anak-anak bermain layangan di bawah sinar matahari di rimbunan bambu)


Pengalaman ini mengajarkan saya satu hal penting dalam fotografi:  

Jangan pernah berhenti mencari sudut pandang baru. 

Seringkali, keajaiban tersembunyi justru datang ketika kita berani bergerak, bereksperimen, dan percaya pada insting kreatif kita.


Terima kasih HIPA atas penghargaannya.  

Dan terima kasih kepada semua teman komunitas foto yang saat itu berbagi momen berharga bersama.


Sampai jumpa di petualangan fotografi berikutnya! 📸✨

Sabtu, 19 April 2025

Ritual 'Aman': Sebuah Dokumentasi Keberanian dan Spiritualitas Masyarakat Tamil di Kota Medan

 Pada bulan Juli 2018, saya berkesempatan untuk memulai perjalanan fotografi saya, yang dimulai dengan menangkap aktivitas ritual yang sangat khas dari komunitas Tamil di Kota Medan. Ritual 'Aman', sebuah pemujaan terhadap salah satu dewa mereka, memberikan saya kesempatan untuk mengabadikan momen yang penuh makna dan keberanian. 

Dalam ritual ini, saya menyaksikan sekelompok pemuda yang dengan penuh keteguhan dan tanpa rasa sakit melakukan tusukan pada tubuh mereka, di beberapa bagian tubuh yang berbeda, sebagai bagian dari pengorbanan dan penghormatan kepada dewa. Proses ini dilakukan dengan penuh kesakralan, dan meskipun tusukan yang dilakukan cukup dalam, tidak tampak rasa sakit atau ketidaknyamanan pada wajah mereka. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya keimanan mereka serta keyakinan yang mendalam terhadap ritual yang sudah menjadi bagian dari tradisi mereka.

Momen yang paling menarik bagi saya adalah ketika mereka melanjutkan prosesi dengan pawai di jalanan kota, membawa semangat dan keberanian mereka ke tengah-tengah masyarakat. Pawai ini bukan hanya sekadar sebuah ritual, melainkan juga menjadi simbol kebersamaan dan kekuatan spiritual yang menghubungkan mereka dengan dewa yang mereka sembah.  


Sebagai seorang fotografer pemula, saya sangat terinspirasi dengan keberanian para pemuda ini dan keindahan spiritual yang mereka tunjukkan dalam prosesi ini. Menggunakan kamera DSLR, saya mencoba untuk menangkap setiap momen dengan berbagai sudut pandang, mengabadikan keunikannya, dan mencoba menyampaikan perasaan yang saya rasakan saat itu lewat lensa.

Foto-foto ini bukan hanya tentang ritual semata, tetapi juga tentang kekuatan manusia dalam mempertahankan tradisi dan keyakinannya. Saya merasa beruntung dapat mendokumentasikan sebuah budaya yang begitu kaya, penuh dengan simbolisme, dan tentu saja, momen-momen yang penuh dengan emosi dan spiritualitas.

Semoga foto-foto ini dapat memberikan gambaran yang lebih dalam tentang ritual 'Aman' dan menambah wawasan kita terhadap keberagaman budaya yang ada di Indonesia. 







Foto by : Franzire99


Jumat, 18 April 2025

Menang Lomba Foto Budaya Batak: Sebuah Kisah dari Muara

📍 Muara, Tapanuli Utara, Sumatera Utara 📸 Februari 2018 – Pameran April 2018 

📷 Latar Belakang Cerita Pada awal tahun 2018, saya mendapatkan kesempatan untuk mengabadikan sebuah prosesi adat pernikahan Batak di kampung halaman saya, tepatnya di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. Acara ini berlangsung di sebuah gereja tua berbahan kayu—tempat yang tenang, sederhana, tapi sarat makna. Kebetulan yang jadi pengantin adalah adik saya dari Keluarga besar Oppung yang tinggal di Muara.

🗣️ "Saat saya mengangkat kamera dan menekan shutter, rasanya seperti sedang merekam kenangan, bukan sekadar gambar." Prosesi adat tersebut membawa nuansa emosi yang dalam. Suasana khidmat, pembagian ulos, ekspresi orang tua yang penuh makna, hingga cahaya alami yang masuk dari sela dinding gereja—semuanya seolah bersinergi menciptakan sebuah momen visual yang kuat. 

🏆 Lomba dan Pameran Tanpa ekspektasi besar, saya mengikutsertakan salah satu hasil jepretan itu dalam lomba foto budaya yang diadakan oleh komunitas fotografi Gambaratoba. Tak disangka, foto tersebut dinyatakan sebagai salah satu pemenang. Sebagai bentuk apresiasi, karya saya—bersama para pemenang lainnya—dipamerkan dalam sebuah pameran budaya Batak pada 9 April 2018 di Gedung Uniland Plaza, Medan. 

🎙️ "Kemenangan ini bukan soal gelar. Ini tentang bagaimana fotografi bisa menjadi jembatan untuk merawat dan mengenalkan budaya sendiri." 

📌 Refleksi Pribadi Kemenangan ini menjadi momen penting dalam perjalanan saya sebagai fotografer. Ia mengingatkan saya bahwa fotografi bukan hanya soal teknis atau estetika, tapi juga tentang keterhubungan dengan akar budaya dan nilai-nilai yang membentuk identitas. 

🧠 "Fotografi buat saya adalah cara untuk kembali pulang—pulang ke akar, ke nilai, dan ke cerita-cerita yang membentuk siapa kita hari ini." 

🖼️ Galeri Foto

1. 📸 Foto pemenang: Ritual pembagian ulos di dalam gereja

2. 📸 Close-up ekspresi orang tua adat

3. 📸 Pengantin yang sedang berbahagia

4. 📸 Dokumentasi pameran di Uniland Plaza, Medan. 












✍️ Kisah ini saya tuliskan bukan hanya untuk mengenang sebuah kemenangan, tapi juga untuk membagikan semangat bahwa setiap karya yang jujur dari hati akan menemukan jalannya sendiri. Franzire99


Titik Awal Sebuah Perjalanan: Juara Pertama di Lomba Fotografi TNI AU 2018

Setiap perjalanan besar selalu dimulai dari satu langkah awal. Dan bagi saya, langkah itu dimulai di tahun 2018, lewat sebuah momen yang sampai sekarang masih terasa sangat istimewa. Saat itu, TNI Angkatan Udara menggelar lomba fotografi nasional dalam rangka memperingati **HUT TNI AU ke-72**. Saya mengikuti lomba tersebut tanpa banyak ekspektasi—sekadar ingin menyalurkan hobi memotret yang mulai tumbuh sejak beberapa waktu sebelumnya. Modalnya? Kamera, semangat, dan rasa penasaran untuk terus belajar. Tanpa disangka, karya yang saya kirimkan terpilih sebagai **Juara 1**. 

Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh **Panglima TNI** dan **Kepala Staf TNI AU** dalam Upacara Peringatan Ulang Tahun TNI Angkatan Udara ke-72 pada tanggal 9 April 2018 di apron Lanud Halim Perdanakusuma.

Rasanya campur aduk: bangga, terharu, dan di saat yang sama, merasa makin terpanggil untuk mendalami dunia fotografi dengan lebih serius. Itu bukan sekadar kemenangan lomba—itu adalah titik balik. Dari sanalah saya mulai menyadari bahwa fotografi bukan cuma soal menekan shutter, tapi soal menangkap momen, menyampaikan cerita, dan memotret nilai-nilai kehidupan lewat sudut pandang yang unik. Sejak hari itu, saya memutuskan untuk **menekuni dunia fotografi secara otodidak**. Saya belajar dari pengalaman, dari kegagalan, dari pertemuan singkat dengan banyak orang di jalanan, dari interaksi di pasar, dan dari keindahan lanskap alam Indonesia yang luar biasa. Penghargaan ini mungkin yang pertama, tapi bukan yang terakhir. Yang lebih penting lagi: ia menjadi bahan bakar semangat saya untuk terus berkarya, bereksplorasi, dan menyalurkan cerita Indonesia melalui lensa kamera. _—








---Franzire99 ---

Rabu, 09 April 2025

Tentang Saya

Halo! Saya Frans Siregar, seorang Perwira TNI Angkatan Udara yang punya hobi di dunia fotografi sejak tahun 2018. Meski awalnya belajar secara otodidak, saya menemukan bahwa memotret adalah cara paling jujur untuk menangkap cerita—baik itu tentang manusia, alam, budaya, maupun kehidupan yang saya jalani sehari-hari. Sebagian besar karya saya fokus pada human interest baik secara natural moment juga secara konseptual, street photography, dan landscape, terutama yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia, budaya lokal, serta momen sehari-hari yang seringkali terlihat atau juga luput dari perhatian. Selain itu, saya juga sangat tertarik memotret dunia aviasi militer, pesawat tempur, dan berbagai aktivitas dalam kehidupan militer yang memang dekat dengan keseharian saya. Bagi saya, fotografi bukan sekadar teknis atau soal alat, tapi soal rasa dan kepekaan melihat momen. Saya percaya bahwa setiap tempat, orang, dan situasi punya cerita yang layak dibagikan lewat lensa. Saat ini, saya aktif membagikan karya di Instagram @franzire99, dan terus belajar serta mencoba hal-hal baru dalam dunia fotografi. Terima kasih sudah mampir dan menikmati karya saya...

Terima kasih sudah mampir dan menikmati karya saya...