BUNG KARNO HENDAK DISUAP DENGAN UANG GULDEN SATU PETI

 Soekarno
Seminggu setelah Bung Karno ditawan di Pasanggrahan Brastagi, dari Medan datang 8 orang pembesar Belanda. Kelihatan yang datang itu memang orang-orang Belanda berpangkat, dua orang diantaranya berseragam putih. Kedatangan mereka yang tiba-tiba itu telah meninmbulkan kesibukan-kesibukan di Pasanggrahan. Kursi-kursi dan meja yang ada di ruangan makan disuruh  geser. Karno Sobiran sungguh tidak mengerti maksud pembesar-pembesar Belanda itu. Setelah keadaan ruang makan agak kosong empat orang tentara Belanda membawa dua peti, kemudian 8 orang pembesar Belanda itu berdiri berkeliling di dalam ruang makan itu, oleh petugas kedua peti itu dibuka.
Ketika Belanda sibuk mengatur segala sesuatu, Karno Sobiran berdiri di pintu menuju ke dapur melihat apa yang dikerjakan mereka. Peti pertama dibuka dan dilihat. Masya Allah, peti itu penuh berisi uang kertas Gulden Belanda yang masih sangat baru-baru. Tapi Karno Sobiran tidak dapat melihat dengan jelas tukaran berapa uang tersebut. Ketika dibuka satu peti lagi berisikan pakaian-pakaian berkualitas tinggi, entah berapa pasang, Karno Sobiran tidak mengetahuinya.    
Setelah persiapan itu dilakukan kemudian Bung Karno dipanggil dari kamarnya. Begitu Bung Karno keluar dari kamar dilihat pembesar-pembesar Belanda itu mengelilingi peti uang dan pakaian. Bung Karno turut berdiri dengan tenang dekat Belanda-Belanda itu. Beberapa saat kemudian, seorang pembesar Belanda yang berdiri dekat Bung Karno menyodorkan satu surat yang telah disiapkan lebih dahulu sambil menyerahkan pulpen untuk ditandatangani oleh Bung Karno. Bung Karno membaca isi surat tersebut , wajah Bung Karno kelihatan berubah. Kemudian Bung Karno dengan tegas mengatakan dalam bahasa Belanda kepada Belanda-Belanda itu sebagai berikut… “Saya Bapak Rakyat, saya akan tanya lebih dahulu kepada rakyat. Kalau rakyat setuju saya akan teken.” Dengan muka agak masam Bung Karno kembali ke kamarnya.
Ucapan dan sikap Bung Karno itu oleh Belanda-Belanda itu mungkin dirasa seperti ‘halilintar di siang bolong’. Petinggi-petinggi Belanda mungkin tidak menyangka Bung Karno tidak bisa dipengaruhi dengan uang yang begitu banyak serta pakaian mewah. Malah petinggi-petinggi Belanda itu berjanji kalau surat itu mau ditandatangani, Bung Karno akan segera diterbangkan ke Negari Belanda. Ketika Bung Karno hendak disuap, Sutan Syahrir dan H.Agus Salim tidak melihat peristiwa-peristiwa itu karena kedua petinggi republik itu berada di kamarnya.
Petinggi-petinggi Belanda berada di Pasanggrahan itu selama 2 jam, kemudian pergi meninggalkannya. Seminggu kemudian beberapa orang pembesar Belanda datang lagi menemui Bung Karno dengan maksud serupa meminta agar Bung Karno mau menandatangani pembatalan proklamasi itu. Tetapi pendirian Bung Karno tetap kokoh dan tetap menolak keinginan Belanda.
0 Responses


Berita Terkini