MENGENAL SEPINTAS KITAB NAHUM

Allah itu penuh dengan kasih, kelembutan, kemurahhatian, kesabaran, dan pengampunan; tetapi Dia juga bersikap tegas (tidak berkompromi) terhadap dosa. Dia mau mengampuni orang berdosa yang bertobat, tetapi Dia tidak pernah membebaskan orang yang bersalah (tetapi tidak mau bertobat) dari hukuman. Bila kita hanya melihat sisi penghukuman Allah saja, mungkin kita bisa berkesimpulan bahwa Allah itu kejam. Akan tetapi, bila kita melihat kepada Sang Juruselamat yang rela mati di kayu salib bagi orang berdosa, tahulah kita bahwa Allah itu benar-benar baik.
Niniwe, ibu kota Asyur, adalah sebuah kota yang penduduknya amat jahat. Kejahatan mereka begitu dahsyat sehingga Allah mengutus Nabi Yunus untuk mengumumkan tentang akan dijatuhkannya hukuman Allah. Nabi Yunus enggan menyampaikan berita tersebut karena dia kuatir bahwa orang-orang Niniwe akan bertobat dan Allah mengurungkan hukumannya, padahal Nabi Yunus menginginkan agar hukuman terhadap musuh-musuh umat Allah itu benar-benar dijatuhkan. Akan tetapi, Allah mengasihi penduduk Niniwe yang jahat itu sehingga Ia memaksa Nabi Yunus untuk pergi menyampaikan berita penghukuman Tuhan. Ternyata bahwa kekuatiran Yunus terbukti: Penduduk Niniwe bertobat dan Allah menunda penghukumannya.
Sayangnya, pertobatan penduduk Niniwe itu tidak terus dipertahankan. Generasi selanjutnya kembali kepada kebiasaan melakukan kekerasan, menyembah berhala, dan bersikap sombong. Bangsa Asyur itulah yang menghancurkan Kerajaan Israel Utara dan membuang penduduknya dari Tanah Perjanjian. Akan tetapi, Allah tidak tinggal diam. Kira-kira seratus tahun kemudian, Allah mengutus Nabi Nahum untuk mengumumkan tentang kejatuhan kota Niniwe. Kita tahu bahwa kemudian bangsa Babel menghancurleburkan kota tersebut.
Dari satu sisi, penghancuran kota Niniwe itu seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu kejam, padahal hukuman bagi Niniwe itu sebenarnya setimpal dengan dosa mereka. Dari sisi lain, penghancuran kota Niniwe itu merupakan penghiburan bagi umat Tuhan. Hal ini sesuai dengan nama sang nabi, yaitu “Nahum” yang berarti “penghiburan”.
Di dunia ini, umat Allah kadang-kadang mengalami berbagai kesulitan, ketidakadilan, dan penganiayaan. Saat dirugikan, janganlah kita berpikir untuk membalas. Ingatlah bahwa pembalasan itu adalah hak Allah dan bahwa pada hari penghakiman, keadilan Allah akan dinyatakan. Ingatlah pula bahwa kita pun harus menghargai anugerah Allah yang memberi kita kesempatan untuk bertobat dan mendapatkan pengampunan di dalam Kristus. [P]
0 Responses


Berita Terkini