Kamis, 31 Desember 2009

HADIAH DI AKHIR TAHUN


Kamis pagi jam 05.30 WIB seperti biasa aku bangun pagi. Diikuti istriku tercinta yang disertai rasa sakit (mules) secara teratur. Yang merupakan pertanda bahwa jabang bayi yang ada di rahimnya sudah waktunya untuk lahir.

Meskipun demikian ke kantor tetap saja kujalani, melaksanakan kewajiban yaitu apel pagi. Jam 7.30 istriku mengabari bahwa sakitnya sudah sangat teratur datangnya, ini merupakan tanda buatku untuk segera membawanya ke Rumah sakit untuk persalinan. Kira-kira jam 9.00 kami tiba di Rumah Sakit dan segera ditangani. Dokter pun juga turut terlibat langsung. Sehingga persalinan dapat diselesaikan pada jam 11.30. Si kecil lahir pada jam 11.05. Sungguh Tuhan menurunkan berkatNya.

Tahun 2009 memang tahun yang sangat penuh dengan tantangan dan ujian... diawali dengan sekolah selama 6 bulan, kembali lagi ke Sabang, Mutasi dari Sabang ke Medan, masuk rumah kompleks, suasana kerja baru... semuanya itu dijalani dengan penuh tantangan... tapi lebih takjubnya... akhir tahun 2009 ternyata keluarga kami kehadiran bayi mungil yang telah lama kami tunggu-tunggu.

Kamis, 26 November 2009

RUTE PULANG KANTORKU...

Saya udah hampir sebulan di tempat baru. Tapi kenangan dinas di tempat lama masih lekat di benakku...
Salah satunya bagian dari rutinitas itu adalah pulang kerja dari kantor menuju rumah. Hehehe... Never forget. kenapa... karena kalau dihitung-hitung selama 3 tahun bertugas di Sabang saya udah lebih dari duaribu kali lewat di jalan yang sama. Coba aja dihitung 365 x 3 x 2 = 2190. kita anggap hari liburnya 2 bulan aja. karena selama di sana saya hanya 4 kali dinas luar dan 1 kali dinas sekolah. hehehe... makanya susah dilupain.



Jumat, 28 Agustus 2009

"DALIHAN NATOLU" SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BATAK



DALIHAN NA TOLU, TOLU SAHUNDULAN
(The Philosophy of Life)
Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam 3 posisi yang disebut DALIHAN NA TOLU (bahasa Toba) atau TOLU SAHUNDULAN (bahasa Simalungun).
Dalihan dapat diterjemahkan sebagai “tungku” dan “sahundulan” sebagai “posisi duduk”.
Keduanya mengandung arti yang sama, 3 POSISI PENTING dalam kekerabatan orang Batak, yaitu:
1. HULA HULA atau TONDONG, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di atas”, yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut SOMBA SOMBA MARHULA HULA yang berarti harus hormat kepada keluarga pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.
2. DONGAN TUBU atau SANINA, yaitu kelompok orang-orang yang posisinya “sejajar”, yaitu: teman/saudara semarga sehingga disebut MANAT MARDONGAN TUBU, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan.
3. BORU, yaitu kelompok orang orang yang posisinya “di bawah”, yaitu saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari disebut ELEK MARBORU artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.
Dalihan Na Tolu bukanlah kasta karena setiap orang Batak memiliki ketiga posisi tersebut: ada saatnya menjadi Hula hula/Tondong, ada saatnya menempati posisi Dongan Tubu/Sanina dan ada saatnya menjadi BORU.
Dengan dalihan Na Tolu, adat Batak tidak memandang posisi seseorang berdasarkan pangkat, harta atau status seseorang.
Dalam sebuah acara adat, seorang Gubernur harus siap bekerja mencuci piring atau memasak untuk melayani keluarga pihak istri yang kebetulan seorang Camat.
Itulah realitas kehidupan orang Batak yang sesungguhnya.Lebih tepat dikatakan bahwa Dalihan Na Tolu merupakan SISTEM DEMOKRASI Orang Batak karena sesungguhnya mengandung nilai nilai yang universal.

MARGA dan TAROMBO




MARGA DAN TAROMBO

MARGA bagi suku bangsa Batak adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal).
Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya.
Sesama satu marga dilarang saling mengawini, dan sesama marga disebut dalam Dalihan Na Tolu disebut Dongan Tubu.
Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.


TAROMBO adalah silsilah, asal-usul menurut garis keturunan ayah.
Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga.
Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling tanya Marga dan Tarombo.
Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling “mardongan sabutuha” (semarga) dengan panggilan “ampara” atau “marhula-hula” dengan panggilan “lae/tulang”.
Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil “Namboru” (adik perempuan ayah/bibi), “Amangboru/Makela”,(suami dari adik ayah/Om), “Bapatua/Amanganggi/Amanguda” (abang/adik ayah), “Ito/boto” (kakak/adik), PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dst.

SEJARAH SUKU/BANGSA BATAK






SEJARAH BATAK
Pepatah batak mengatakan "MOLO LITOK AEK TU JULU DO LULUAN" artinya Jika Air Keruh Penyebabnya dicari ke Hulu". Seiring dengan pesatnya perkembangan kebudayaan dan teknologi, manusia dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dalam setiap bidang kehidupan. Kendala negara kita dalam pembangunan ini juga diyakini berakar dari hilangnya nilai-nilai dasar budaya dan adat istiadat yang ada dari setiap warga negara kita.

Versi sejarah mengatakan Si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang. Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.
Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan Si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama Si Raja Buntal adalah generasi ke-20.
Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus.
Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah Timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan:
1. Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur Danau Toba (Simalungun sekarang), dari Selatan Danau Toba (Portibi) atau dari Barat Danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang-orang Tamil di Barus. •Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah Timur Danau Toba (Simalungun).
2. Sebutan Raja kepada Si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya.
Demikian halnya keturunan Si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan, dsb. Meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah.
Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak Si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga-marga Batak.
SIAPAKAH ORANG BATAK ?
Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sebagai berikut :
1. Batak Toba (Tapanuli), mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah mengunakan Bahasa Batak Toba.
2. Batak Simalungun, mendiami Kabupaten Simalungun dan menggunakan Bahasa Batak Simalungun.
3. Batak Karo, mendiami Kabupaten Karo dan menggunakan Bahasa Batak Karo.
4. Batak Mandailing, mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan dan menggunakan Bahasa Batak Mandailing.
5. Batak Pakpak, mendiami Kabupaten Dairi dan menggunakan Bahasa Pakpak.
Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, mereka juga mempunyai marga-marga seperti halnya orang Batak.

Rabu, 26 Agustus 2009

PETAKA DI PEARL HARBOUR





Sekali melangkah untuk menyerang pantang bagi Jepang untuk mundur lagi. Siapa yang menyangka negara kepulauan yang tidak terlalu luas dibanding dengan negara-negara besar lainnya di dunia itu, mampu mengalahkan negara super power seperti Amerika. Dan selanjutnya memperluas kekuasaannya di wilayah Asia Tenggara untuk mewujudkan Jepang sebagai Penguasa Asia Timur Raya.

Pada tanggal 23 November 1941 Wakil Laksamana Chuici Nagumo Jepang memerintahkan 6 kapal induk AL Jepang berangkat menuju Teluk Hittokappu di Kepulauan Kuril dan Pearl Harbour tanpa melakukan hubungan radio apapun. Armada Jepang itu terdiri dari : enam kapal induk, dua kapal tempur, tiga kapal penjelajah dan 12 kapal perusak. Mereka bergerak menuju samudera Pasifik.

Armada Jepang ini melewati Lautan Pasifik yang sepi untuk menghindari lalu lintas kapal dagang. Anehnya, Komando Pusat Operasi AL AS Laksamana Harold R.Stark mengirim sebuah peringatan perang kepada Panglima Armada Pasifik Laksamana Husband E. Kimmel bahwa armada Jepang terlihat meluncur bersama tiga kapal selam meninggalkan kepulauan Kuril namun kurang ditanggapi dengan serius karena jalur ini sering digunakan untuk area latihan perang.

Pada pagi buta di hari Minggu tanggal 7 Desember 1941, armada Jepang sudah berada 200 mil sebelah utara pulau Oahu dan 300 mil dari Kepulauan Hawaii tanpa ada yang mengetahui. Untuk meyakinkan situasi di Pearl Harbour, kapal penjelajah berat Tone dan Chikuma meluncurkan pesawat pengintai Aichi E13A1. Pesawat dari kapal Tone terbang menyusuri Lahaina, Maui, namun tidak apa-apa di sana. Sementara pesawat dari kapal Chikuma yang terbang melintas di atas Pearl Harbour pukul 05.30 menemukan kapal-kapal AS yang berjajar santai, tanpa kapal induk.
Setelah itu ratusan pesawat pembom, pelontar torpedo dan pesawat tempur Jepang tinggal landas dari kapal-kapal induk Akagi, Hiryu, Kaga, Shokaku, Soryu, dan Zuikaku dengan 441 pesawat. Pesawat terbang menyerang dalam dua gelombang, dan Laksamana Madya Chuici Nagumo memutuskan untuk membatalkan serangan ketiga untuk mundur.

Tepat pukul 06.00 tanggal 7 Desember 1941, 200 mil dari Pearl Harbour, kapal-kapal induk Jepang mulai meluncurkan 189 pesawat sebagai bagian dari serangan gelombang pertama. Komando dipegang oleh Letnan Kolonel Mitsuo Fuchida yang juga terbang dalam salah satu dari 40 pesawat pembom Nakajima B5N1 “Kates” di posisi terdepan. Diikuti kemudian oleh 50 pesawat pembom Nakajima B5N1 “Kates” yang dipersenjatai torpedo dan dipimpin oleh Letnan Kolonel Murata. Pesawat lainnya adalah pembom 54 Aichi D3A1 tipe 99 “Val” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Takahashi, serta 45 pesawat tempur Mitsubishi A6M2 tipe O yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Itaya.

Sebelum pukul 06.18 semua pesawat telah tinggal landas dari kapal induk dan meluncur menuju Pearl Harbour. Sekitar 353 pesawat tempur siap menghancurkan Pearl Harbour. Pada pukul 07.55 pagi, pesawat-pesawat terbang gelombang pertama bergemuruh di atas Pangkalan Angkatan Laut AS Pearl Harbour. Pagi itu para tentara AS sama sekali tidak siap. Banyak petugas yang tidak berada di posnya. Mereka tidak mengira akan muncul serangan dari tentara Jepang pada hari Minggu yang mereka anggap sebagai hari libur/santai. Akibatnya, pangkalan militer itu hancur dan terbakar. Asap hitam mengepul dimana-mana.

Sementara itu, Antares (AKS3) yang sedang menarik kapal pengangkut baja di jalur masuk Pearl Harbour, menangkap objek mencurigakan melalui layar radarnya pada jarak 1.350 m dari pantai. Objek itu terlihat sebagai kapal selam, namun tidak seorang pun yang bisa memastikan. Objek mencurigakan itu ditemukan di wilayah terlarang sehingga Antares menugaskan kapal perusak tua Ward (DD-139) yang dikomandani oleh Letnan William W.Outerbridge untuk mendekatinya.

Tembakan AS pertama yang dilepaskan dalam PD II dan korban pertama serangan Pearl Harbour sebenarnya terjadi ketika USS Ward menyerang dan menenggelamkan kapal selam kerdil Jepang. Ada lima kapal selam kerdil kelas Ko-hyoteki yang bermaksud mentorpedo kapal AS saat pengeboman dimulai. Tidak satupun kapal selam itu yang berhasil kembali dan hanya empat dari lima yang berhasil ditemukan. Dari sembilan puluh kelasi kapal selam, sembilan mati dan hanya seorang yang selamat yaitu Sakamaki Kazuo yang kemudian tertangkap. Dan menjadi tahanan perang pertama yang ditangkap oleh pihak AS dalam perang dunia II.

Perwira dek Kapal Ward, Letnan Oscar Gopner, segera memberitahu Chief of Naval Operations Laksmana William D. Leahy setelah mendapat berita dari Antares. Setelah mendapat berita itu, William memastikan objek yang dimaksud adalah kapal selam Jepang dan selanjutnya memerintahkan seluruh kru untuk bersiaga dalam posisi tempur.

Sementara Ward berputar haluan dan meluncur ke arah objek, seluruh kru segera menempati seluruh pos masing-masing. Ward terus mendekati objek. Satu dari empat senapan mesin kaliber 4 inci menyalak,diikuti tiga senapan mesin lainnya. Peluru tepat menghantam menara kapal selam. Karena diserang kapal selam mulai bergerak turun dan melarikan diri.

Sesaat setelah pertempuran, kira-kira pukul 06.45, William mengirim berita ke Pearl Harbour dengan sangat spesifik. Sayangnya berita itu tidak dikirim dalam bahasa percakapan melainkan dengan kode. Baru pada pukul 07.20 perwira piket distrik ke 114 AL Pearl Harbour, Liutenant Commander Harold Kaminski, menerima terjemahan kode berita itu. Sementara kode berita dari Ward sedang dalam perjalanan, layar radar di Opana Point menangkap gelombang pesawat sedang menuju Pearl Harbour. Namun para kru mendapat perintah agar mereka tidak perlu terlalu kawatir dengan pesawat-pesawat itu. Di tengah lautan, kapal perang Helm (DD388) tidak melakukan apapun ketika mendengar soal kapal selam asing itu. Bahkan seluruh moncong senjatanya masih ditutupi pelindung.

Bersamaan dengan tinggal landasnya pesawat terakhir dari kapal induk Jepang, pesawat-pesawat tempur enterprise justru berpatroli rutin di sekitar Wake. Seharusnya, hari itu sang kapal induk sudah kembali ke Pearl Harbour, tapi tertunda karena cuaca buruk.

Pada pukul 07.55 Laksamana Muda William R. Furlong, Perwira Piket Rutin melihat sebuah pesawat bermesin tunggal keluar dari awan, muncul dari perbukitan di utara Pearl Harbour. Pesawat ini memuntahkan bom yang jatuh di pantai dekat armada kapal. Ledakan dahsyat menggelegar. Namun justru Furlong menganggapnya sebagai pesawat yang sedang melakukan latihan. Ketika pesawat itu berputar lagi dan terbang rendah di atas kepalanya, barulah terlihat jelas olehnya gambar bulatan merah di badan pesawat, lambang pesawat tempur Jepang.

Bersamaan dengan suara histeris di segala penjuru, Furlong langsung berteriak memberitahu kepada semua orang bahwa serangan udara musuh telah dimulai dengan berlari berlari menuju markas dan memerintahkan agar bendera “Roger” dinaikkan, yaitu tanda untuk memberikan tembakan balasan. Namun tembakan sporadis telah terdengar di seluruh penjuru Pearl Harbour sebelum bendera itu berkibar. Furlong juga sempat melihat pesawat B5N1 melepaskan torpedo yang membuat kapal USS West Virginia dan USS Oklahoma Mengalami kebocoran karena lubang besar di badannya.

Kapal USS Arizona hancur dan tenggelam bersama ribuan awaknya. Sebuah B5N1 datang dari arah yang lain, melepaskan torpedo ke arah dek nomor 1010, tempat USS Pennsylavania biasa bersauh. Namun, justru USS Oglala yang ada di situ. Rudal gagal menghantam USS Oglala yang kebetulan ada di dek, tapi berhasil menghantam lambung kapal tambang USS Helena. Akibatnya Helena meledak keras dan mulai tenggelam. Semua krunya kocar-kacir menuju daratan. Sementara pertempuaran untuk melindungi USS Oglala masih berlangsung, grup B5N1 yang lain mengarah ke timur laut Pearl Harbour. Di sana bersauh kapal Tangier (AV-8), Utah (AG-16), Raleigh (CL-7) dan Detroit (CL-8). Satu torpedo berhasil menghantam USS Raleigh, lainnya menghancurkan USS Utah.

Sebenarnya pada waktu itu ada delapan kapal tempur AL AS, sejenis kapal penjelajah raksasa yang sedang berada disana. Kapal-kapal besar inilah yang menjadi sasaran utama penerbang Jepang. Mereka menghujaninya dengan bom dan torpedo karena mengira sasaran tersebut adalah kapal-kapal induk.

Ratusan pesawat terbang AS di pangkalan udara di dekatnya juga diserang pesawat-pesawat Jepang. Akibatnya banyak pesawat terbang AS yang hancur di landasan sebelum sempat tinggal landas untuk memberikan perlawanan. Bahkan dalam serangan gelombang pertama tentara jepang itu kapal-kapal tempur USS Arizona, USS California, dan USS West Virginia tenggelam. Sementara kapal tempur USS Oklahoma terbalik.

Sekitar 45 menit kemudian tentara Jepang melakukan serangan gelombang kedua. Hasilnya, kapal-kapal tempur USS Maryland, USS Nevada, USS Tenessee, dan USS Pennsylvania yang sedang berada di galangan pun hancur. Sepuluh kapal lain tenggelam atau rusak berat.

Armada Jepang mengakhiri serangan Pearl Harbour pada pukul 09.45. Pesawat-pesawat Jepang masih sempat menyerang stasiun udara AL AS di Teluk Kaneohe, barak AD AS di Schofield dan pangkalan udara Wheeler dan Hickam. Laksamana Nagumo benar-benar membuat Pearl Harbour bertekuk lutut. Armada yang dipimpinnya kemudian kembali ke Jepang dengan membawa kejayaan. Dalam waktu tak lebih dari dua jam, Jepang sudah menguasai Pasifik.

Dalam serangan terhadap Pearl Harbour ini, sekitar 20 kapal tempur AS rusak dan tenggelam,188 pesawat terbang rusak, dan 2.403 orang tewas. Data lain menyebutkan bahwa 7 kapal perang hancur, 2.897 warga AS di Oahu tewas, 897 orang luka-luka dan 26 orang hilang. Sementara Jepang kehilangan 55 pesawat tempur dari 441 pesawat tempur yang digunakan dalam penyerangan. Hampir semua pesawat terbang AS musnah di atas tanah, hanya beberapa pejuang yang berhasil lolos dan bertempur. Kapal USS Arizona diledakkan dan tenggelam sehingga menewaskan 1.100 orang yang hampir separuhnya adalah orang AS. Pihak AS masih beruntung karena ada tiga kapal induk yang seharusnya berpangkalan di Pearl Harbour pada waktu itu sedang berada di laut lepas sehingga luput dari serangan. Inilah yang mencegah kelumpuhan total Armada Pasifik AS.

Selanjutnya dengan keberhasilan ini semakin mempermudah bagi Jepang dalam menaklukkan Asia Tenggara, Indonesia dan Pasifik Selatan.

Sabtu, 22 Agustus 2009

RENOVASI MOBIL KIJANG DINAS (Part I)






Adapun mobil dinas yang saya pakai selama menjabat sebagai Kepala Dinas Logistik Lanud Maimun Saleh adalah sebuah Mobil Toyota Kijang Komando. Sejak tahun 2006 kendaraan inilah yang saya gunakan untuk melaksanakan kepentingan dinas maupun pribadi/keluarga. Dan keadaannya pun cukup baik. Mesinnya masih baik dan hanya perlu di 'tune up agar lebih meningkat performanya. Hanya saja bagian 'body sudah banyak yang keropos oleh karat dan juga ada beberapa yang terlihat penyok. Sebelumnya memang pernah juga mobil ini digunakan untuk mendukung kegiatan air crew selama berlangsungnya "Darurat Militer" dan juga "Operasi Tugas Udara". Akibat pemakaian yang tinggi namun jarang perawatan membuat mobil ini terlihat "capek".

Dengan adanya work shop di Lanud Maimun Saleh perawatan terhadap kendaraan ini pun dapat dilaksanakan. Dan terlihat pada gambar telah dilaksanakan renovasi yang diawali dengan pelepasan body kit, pengelasan pada bagian yang telah berlobang, perbaikan body yang penyok, dan sekarang sudah sampai pada pemberian cat dasar serta pengecatan tahap I.

Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan renovasi ini adalah tidak tersedianya bahan-bahan yang mendukung kegiatan di pulau Sabang. Sehingga harus mencarinya ke Banda Aceh yang harus ditempuh dengan kapal ferry.

Senin, 27 Juli 2009

Raymond Belajar Renang (part 1)


Setelah mengalami insiden "banana boat" terbalik dan tercebur ke laut yang dalam Raymond mengalami trauma. Akibatnya pada minggu berikutnya saya dan keluarga kembali rekreasi di pantai dan terlihat dia menolak untuk berenang di laut. Meskipun airnya dangkal dan saya pilih tempat yang bersih dari karang dan juga terlindung dari ombak tetap saja Ray tidak bersedia turun. Untuk itu saya berusaha untuk menghilangkan rasa takut yang ada terlebih dahulu dengan menimbulkan keinginannya berendam di air yang dangkal.

Setelah beberapa lama negosiasi, akhirnya Raymond bersedia dengan ditemani langsung oleh saya. Hal ini saya penuhi dengan harapan kegembiraan dan keberaniannya dapat muncul. Akhirnya, setelah beberapa lama kemudian dengan beberapa lama tanya jawab dan obrolan ringan Raymond sudah mau berendam.

Menurut saya inilah tahap awal dari proses kemajuannya untuk dapat menguasai diri di dalam air dan untuk bisa berenang. Meskipun agak lambat, akan saya latihkan terus...

Senin, 20 Juli 2009

Kena Bulu Babi dan 'Banana Boat' Terbalik




Minggu tanggal 19 Juli 2009 merupakan hari yang sulit saya lupakan. Pada hari ini saya dan keluarga rekreasi bersama dengan seluruh anggota dan juga Komandan Lanud Maimun Saleh. Adapun lokasinya adalah di pantai Iboh Pulau Weh Sabang. Tempat ini memang salah satu tujuan utama wisatawan yang berkunjung di Sabang. Pantainya bersih dan indah serta banyak terdapat penginapan berupa 'cottage'. Selain itu karang dan ikan-ikan yang ada juga menciptakan taman laut yang indah. Bila berkunjung di sini jangan lewatkan untuk melakukan 'snorkling'. Bisa-bisa kita lupa waktu.

Namun perlu kita perlu waspada terhadap makhluk air beracun berupa 'bulu babi' yang dapat mengancam kita sewaktu-waktu. Bila tidak hati-hati, makhluk ini dapat terinjak dan durinya yang tajam dapat masuk ke dalam tubuh sehingga patah atau hancur di dalam. Rasa nyeri yang diakibatkan dapat mengganggu aktifitas kita sehingga dapat memberikan sakit yang sangat bagi yang mengalaminya bila tidak segera ditangani.

Pada kesempatan rekreasi kali ini, begitu saya pertama kali masuk ke air dan berenang hingga ke tengah tidak sadar saya telah menginjak makhluk air beracun ini. Lalu dengan segera saya naik ke darat dan atas saran penduduk lokal bagian yang terkena di tetesi dengan getah tanaman pagar atau juga bunga 'nenek-nenek' (istilah lokal). Karena cepat ditangani, rasa sakitnya pun tidak sempat saya rasakan dan saya pun dapat melanjutkan rekreasi.

Pihak pengelola pantai Iboih juga menyediakan fasilitas rekreasi berupa 'banana boat'. Saya dan Raymond anak saya yang masih berumur 3,5 tahun mencoba menaikinya. Awalnya juga karena Ray tertarik dan saya memenuhinya. Petualangan naik boat karet ini sangat menyenangkan dan juga buat Ray hal ini merupakan tantangan baru. Setelah berputar-putar di sekitar pantai, sang operator boat mendadak membuat manuver yang sangat mengagetkan kami dan menyebabkan 'banana boatnya' terbalik. Kami semua yang ada di atas terbalik dan jatuh ke laut. Terus terang saya awalnya sangat panik, mengingat Raymond belum bisa renang dan juga memakai pelampung untuk orang dewasa. Begitu terguling saya pastikan saya sudah stabil lalu mencari Raymond dan memastikan dia masih berpegangan pada pelampungnya. "Thank God..." Raymond masih pegangan dan saya check ulang pelampungnya masih terpasang erat di badannya. Kemudian setelah Ray melihat saya dia mulai nangis kecil sambil memanggil-manggil... Lalu saya memeriksa kembali bagian bawah pelampung memastikan letak tubuhnya masih sesuai dengan 'life vest'. Semua kondisi baik. Hanya saja tidak bisa melihat bebas karena pelampungnya lebih tinggi dari kepala. Saya bilang kepada Ray supaya berpegangan ke pelampung bagian atas. Kemudian saya menariknya mendekat ke boat penarik untuk diangkat dan segera dibawa ke darat. Saya sangat kesal dan marah saat itu. Saya pikir operator boat tersebut tidak perlu melakukan tindakan tadi karena dari antara 5 orang yang ikut di dalam banana boat, hanya 2 orang dewasa dan selain itu anak-anak semua. Mengingat jarak 20 meter dari pasir pantai sudah merupakan laut yang sangat dalam. Dan konon di bawah terdapat beberapa palung. Sehingga terdapat juga arus di perairan tersebut.

MAGNET PENGIKAT KOTORAN DI TANGKI





Tong kosong nyaring bunyinya, tangki kotor sering mogoknya! Tangki bahan bakar memang bagian vital. Meski tugasnya sebagai penampung bahan bakar tergolong sederhana, tetapi bila tersumbat atau kotor, kinerja mesin pun akan terganggu. Makanya sangat wajib memperhatikan kondisi dan kebersihannya.

Umur kendaraan yang bertambah dan proses oksidasi menimbulkan karat pada bagian dalam tangki. Karat inilah yang kemudian menyumbat saluran bahan bakar, lantas membuat mesin terbatuk-batuk dan berlanjut mogok.

Banyak cara untuk mencegah saluran bahan bakar kotor, salah satunya adalah dengan menambahkan filter bensin ekstra. Namun, jika tangki sudah penuh dengan endapan karat, maka umur filter bensin pun terpangkas dan akan cepat kotor.

Ada trik lain untuk mencegah masalah ini, yakni dengan memasang magnet di dalam tangki. “Magnet ini berfungsi untuk mengikat kotoran yang ditimbulkan karat. Kotoran yang berasal dari logam akan terikat pada badan magnet. Dengan demikian, magnet ini bisa dikatakan berfungsi sebagai filter.”

Tidak ada yang istimewa dalam pemilihan jenis magnet. Tidak perlu baru, magnet dari speaker bekas pun bisa dipakai. Yang penting, asal bisa dimasukkan ke dalam tangki BBM itu sudah cukup.

1. Siapkan magnet. Bisa juga menggunakan magnet bekas speaker audio.
2. Kosongkan bahan bakar yang ada di dalam tangki.
3. Lepas dan turunkan tangki dari tempatnya.
4. Buka lubang pelampung. Hal ini merupakan cara termudah untuk meletakkan bongkahan magnet pada tangki. Untuk hasil lebih baik sebaiknya disertai dengan pengurasan tangki bahan bakar tersebut.
5. Masukkan magnet tersebut ke dalam tangki bahan bakar. Tempatkan magnet tersebut sejauh mungkin dari pelampung bensin. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kacaunya meteran bensin yang disebabkan pelampung bensin tertarik oleh magnet.




Memasukkan magnet lewat lobang pelampung merupakan cara pemasangan paling sederhana. Berhubung ukuran mulut lubang pelampung dan ukuran magnet yang akan dipakai setiap kendaraan berbeda-beda maka supaya bisa masuk ke dalam tangki, ukuran magnet wajib disesuaikan dengan ukuran lobang pelampung.
Cara lain dapat ditempuh dengan membelah tangki terlebih dahulu. Cara kedua ini tergolong memiliki kelebihan. Magnet dapat ditempatkan/dipasang bisa dipasang sepresisi mungkin dengan keinginan kita. Namun sayangnya cara membelah tangki otomatis akan diikuti dengan pengelasan yang berpotensi besar mengundang karat.


(Majalah Jip edisi 75 Juli 2008)

Rabu, 15 Juli 2009

PRAJURIT BERTANI






Kalau dihitung-hitung sekarang lebih banyak orang memahami bagaimana memasak nasi daripada bagaimana cara menanam padi di sawah. Dan lebih celakanya lagi makin banyak orang sudah tidak peduli lagi dengan kedua hal tersebut di atas. Taunya hanya makan nasi yang sudah siap saji.
Pemerintah sudah berupaya meningkatkan produksi pertanian Nasional. Namun kendala pasti sangat besar karena warga negara kita lebih memilih cari duit dengan cepat daripada brtani yang notabenenya lama menghasilkan dan mengeluarkan banyak tenaga.
Namun kita selaku prajurit dalam masa damai ini juga tidak ada salahnya bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sendiri. Sehingga anak-anak kita juga kelak dapat kita beri ilmu tentang bagaimana caranya bertani. Dengan memanfaatkan aset lahan yang 'idle' dan memiliki potensi akan dapat menghasilkan apabila direncanakan dengan baik. Dalam kegiatan pertanian yang sudah kami lakukan telah menghasilkan beberapa jenis tanaman sayur-mayur dan kedelai. Tampak juga di gambar Danlanud Maimun Saleh Letkol Pnb Djoko Tjahjono turun langsung menggerakkan dan mendukung kegiatan pertanian ini.

Selasa, 14 Juli 2009

MEMBUAT 'WORKSHOP' DI LANUD MAIMUN SALEH




Kalau tentara sedang tidak sedang berperang ngapain ya...??? Banyak jawaban yang dapat diperoleh dari pertanyaan ini. Mulai dari yang paling minus sampai yang terbaik bisa dilakukan. Seperti yang kita ketahui bahwa personel TNI merupakan warga negara yang terpilih dari berbagai macam seleksi. Dan tentunya mempunyai kemampuan dan potensi yang senantiasa dapat dikembangkan. Adalah sangat disesalkan apabila dalam satuan militer mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar perwiranya tidak dapat menggali potensi yang dimiliki pasukannya atau anggotanya. Inilah yang yang melandasi ide awal saya mewujudkan sebuah "work shop" di Lanud Maimun Saleh pada saat saya menjabat sebagai Kepala Dinas Logistik.
Dimulai dari mendata alat peralatan yang dimiliki satuan, membuat kebutuhan belanja alat, membuat konsep personel yang bertanggung jawab dalam pengelolaan hingga upaya meningkatkan kemampuan personel dalam menggunakan alat mutlak dilakukan agar diperoleh bengkel kerja yang sesuai dengan harapan. Dengan adanya 'work shop' ini diupayakan agar kegiatan dinas dapat terdukung dan disamping itu mewadahi keinginan para anggota yang berminat dalam bidang teknik atau yang memiliki keperluan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Kegiatan yang telah dilakukan setelah 1 bulan dibukanya workshop ini ternyata meningkatkan aktivitas dan kreativitas personel Lanud Maimun Saleh mulai dari kegiatan pembuatan rak, perbaikan sepeda motor dan mobil berikut modifikasinya, pengecatan dan lain-lain.
Semoga dapat berkembang terus...

Jumat, 10 Juli 2009

SEKKAU A-85 SELESAI,124 PERWIRA PERTAMA LULUS


�Keberhasilan lembaga Sekolah Komando Kesatuan (Sekkau) dalam Pelaksanaan tugas pendidikan, tentu tidak lepas dari kerja keras, disiplin dan ketekunan segenap pelaksana pendidikan termasuk para perwira siswa dalam mengikuti pendidikan ini�, demikian sambutan Dankodikau Marsekal Muda TNI Sukirno KS, S.E.,M.M., pada Penutupan Sekkau A-85 di Kampus Sekkau, Jum�at (19/6).

Pendidikan Sekkau merupakan pendidikan pengembangan umum tahap awal, dengan tujuan memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan di bidang Komando dan staf, pada tingkat pelaksana taktis. Melalui Sekkau ini pula, para perwira di didik agar memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan perannya dalam operasi perang, yang dituangkan melalui Olah Yudha, serta wawasan kedepan, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan tahap lanjutan yang memerlukan tingkat pemahaman dan kemampuan pola pikir yang lebih dari apa yang telah diperoleh saat ini.

Sekkau Kali ini menghasilkan kelulusan sebanyak 124 perwira pertama meliputi 2 dari TNI AD, dua AL, dan 120 dari AU termasuk di dalamnya tujuh Wanita Angkatan Udara.

�Bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan dasar komando dan staf yang diperoleh saat ini, agar diasah dan dikembangkan secara terus menerus, dengan cara lebih sering membaca buku, artikel yang berwawasan pengetahuan kedepan serta meningkatkan kepemimpinan �menejerial� dalam melaksanakan tugas pokok TNI, dan untuk menghadapi pendidikan jenjang tahap lanjutan pada saatnya nanti�, lanjut Dankodik. Ucapan Selamat juga diberikan kepada Kapten Pnb. Anggit Budi Wibowo,S.AP dari Lanud Suryadharma sebagai siswa lulusan terbaik Sekkau A-85.

PEMBUKAAN SEKKAU A-85





Komandan Komando Pendidikan Angkatan Udara (Dankodikau) Marsda TNI Sukirno KS, SE, MM, Selasa 6 Januari 2009, membuka pendidikan Sekkau Angkatan ke-85 di Ksatrian Sekkau, Halim Perdanakusuma. Pembukaan ditandai dengan penyematan tanda siswa oleh Dankodikau kepada salah satu perwakilan perwira siswa (Pasis) ke-85.

Pendidikan Sekkau Angkatan ke-85 diikuti oleh 125 perwira siswa, yang terdiri dari 121 Perwira TNI AU termasuk 7 orang Wara, 2 Pasis tamu dari TNI AD dan 2 dari TNI AL. Sesuai dengan kurikulum pendidikan Sekkau akan berjalan selama kurang lebih 5 1/2 bulan.

Dalam sambutannya Dankodikau Marsda TNI Sukirno KS, SE, MM, �mengharapkan agar perwira siswa dapat memanfaatkan kesempatan untuk belajar, berlatih dengan mendayagunakan segenap potensi dalam rangka mengisi dan mengsasah kemampuan diri, dengan pengetahuan serta ketrampilan demi keberhasilan pelaksanaan tugas di masa mendatang�. *** Pentak Sekkau

Sabtu, 30 Mei 2009

OPERASI BARBAROSSA (Jerman vs Rusia)




BARBAROSSA OPERATION



Operasi Barbarossa adalah sebuah operasi kampanye militer tentara Jerman (Nazi) di bawah pemerintahan Hitler untuk menyerang Rusia. Pelaksanaannya antara tahun 1941 samapai dengan tahun 1944. Pada operasi ini peranan sang “Fuhrer” sangat sangat mendominasi.

Setelah menaklukkan Polandia pada tahun 1939 dan Perancis pada 1940, Hitler juga ingin menguasai seluruh daratan Eropa dengan pasukan terkuatnya yaitu “Divisi Panzer”. Untuk wilayah Eropa bagian barat umumnya telah direbut dengan mudah apalagi Hitler dibantu oleh sekutu terdekatnya yaitu Benito Musolini. Tentara Jerman dengan divisi Panzer terkenal mematikan karena mereka memiliki taktik penyerangan yang sangat dahsyat dan dikenal dengan sebutan “Taktik Blitzkrieg”.

Karena kedahsyatan serangan Pasukan Panzer ini, Hitler merasa yakin dan optimis dapat menyerang Rusia di bawah pemerintahan Josef Stalin dan sekaligus menaklukkannya pada tahun 1941. Ambisi Hitler juga semakin bulat karena di bawah kekuasaannya terdapat Jendral-Jendral Nazi yang juga terkenal sangat pintar dan cerdik.

Awalnya rencana penyerbuan ke Rusia ini dihalangi oleh beberapa hal di antaranya sebagian besar Jendral masih pesimis tidak mampu menghadapi “Tentara Merah” Soviet dan juga keadaan medan dan cuaca Rusia yg terkenal sangat ekstrim. Ditambah lagi dengan kekalahan Musolini di Yunani. Akibatnya pelaksanaan kampanye militer ke Rusia tertunda.

Setelah tertunda, akhirnya Hitler memutuskan menyerang Rusia pada tanggal 22 Juni 1941. Diawali dengan serangan udara dengan menggunakan pesawat Luftwaffe. Setelah itu menggunakan pesawat Heinkell He-111 dan pembom tukik Junkers Ju-87 Stuka. Pesawat- pesawat ini bertugas untuk menghancurkan pesawat-pesawat Rusia yang berada di apron, yang sedang Take/off dan juga yang sudah mengudara. Sehingga Supremasi di udara dapat dicapai. Selain itu sasaran juga di arahkan ke sasaran Strategis milik Rusia lainnya yang ada di daratan. Hal ini dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan lawan atau mengurangi daya gempurnya. Sehingga pasukan Jerman yang melaksanakan operasi pertempuran di darat dapat melaksanakan serangan tanpa mengalami kesulitan. Setelah itu Divisi Panzer yang memiliki ratusan panser dan kendaraan lapis baja lainnya melaksanakan serangan terhadap garis pertahanan Soviet.

Serangan Jerman ke Rusia dilakukan serentak melalui 3 jurusan yaitu Grup Utara bergerak dari Prusia Timur dengan tujuan menguasai Leningrad, Grup Tengah dari utara Rawa Pripet untuk menyerbu dan menguasai ibukota Uni Soviet, dan Grup Selatan dari selatan Rawa Pripet untuk menyerang dan menguasai wilayah Ukraina serta merebut, Kiev. Hanya dalam waktu 1 minggu Jerman telah dapat masuk ke wilayah Rusia hingga sejauh 200 km. Kekuatan Tentara Jerman pada saat itu terdiri atas Angkatan darat yang memiliki pasukan antara 8 – 10 juta personel tergabung dalam 250 divisi, 30.000 tank dan 16.000 pesawat terbang. Penggunaannya yang efektif di bawah komando dan kendali Jenderal-Jenderal Jerman yang pandai menjadikan kekuatan Divisi Panzer menjadi terkenal dan ditakuti lawan-lawan di medan pertempuran.

Pasukan Rusia yang juga dikenal keras dan kuat serta dan memiliki jumlah tentara yang tidak jauh berbeda dibanding dengan Jerman pada dasarnya telah mengetahui jauh hari sebelum dilaksanakannya serangan. Namun sistem bertahannya masih defensif dan menggunakan sistem bertahan yang masih kolot. Dimana Rusia masih menggunakan parit-parit yang panjang untuk bertahan dan persenjataan perorangan yang terbatas mengakibatkan Rusia kebingungan menghadapi serangan Jerman yang ofensif dengan segala teknologi persenjataan yang dimiliki. Sebaliknya dengan Jerman yang memiliki persenjataan yang modern, pasukan yang cukup banyak dan ditambah taktik yang hebat mengakibatkan Rusia kalah perang dan Jerman dapat dengan mudah menghabisi tentara Rusia.

Serangan Jerman ke Rusia terhenti kemajuannya sejenak pada September 1941, karena musim dingin mulai tiba di Rusia dan hal ini sangat menghambat pergerakan. Dukungan logistik sangat tidak memadai, dimana Pasukan Jerman tidak dilengkapi Jaket anti dingin bahkan oli-oli dan karet pada mesin-mesin perang mereka membeku. Hal ini memungkinkan Rusia membangun kembali pertahanan mereka yang telah porak poranda. Hingga pada saat itu sebagian besar wilayah Rusia bagian utara, barat dan selatan telah dikuasai Jerman. Meskipun jaraknya sudah sangat dekat, Moskow belum dapat dikuasai Jerman.

Mengingat cuaca yang sangat ekstrim di Rusia, pasukan Jerman pun tidak mampu lagi melanjutkan serangan dan mulai bertahan di front-front yang telah mereka kuasai. Stalin mulai membangun kembali kekuatan “Tentara Merah” dengan menambah kekuatan tentaranya hingga 9 juta orang melalui mobilisasi penduduk laki-laki yang telah memasuki usi wajib militer dan membangun industri persenjataan yang sangat besar di daerah pegunungan Ural. Dengan demikian kekuatan tentaranya bertambah menjadi 4 kali lebih besar daripada Jerman.

Dalam upaya Jerman bertahan di daerah-daerah yang telah mereka kuasai, Rusia juga melaksanakan serangkaian operasi militer untuk merebut kembali wilayahnya yang telah diduduki oleh Jerman. Demikianlah kedua pihak ini saling berbalas-balasan melaksanakan serangan. Di antaranya yaitu :

1. Operasi Thypoon. Yaitu operasi ofensif tentara Jerman untuk merebut kota Moskow. Yang dilaksanakan pada Oktober 1941 hingga pada Desember 1941. Keadaan Rusia yang masih diselimuti oleh salju yang cukup tebal dan dinginnya suhu membuat operasi ini tidak sepenuhnya berhasil dilaksanakan.

2. Battle of Moscow. Yaitu pertempuran di ambang kota Moscow, yang pelaksanaannya masih juga belum dapat dimenangkan oleh tentara Jerman karena pada Stalin sudah menambah jumlah tentaranya dan peralatan perangnya serta mengkonsentrasikan pasukannya di Moskow. Hal ini membuat Hitler marah kepada beberapa Jenderalnya yang tidak mampu memenangkan perang dan memecatnya. Pada masa ini muncullah kendaraan lapis baja Soviet yang terkenal yaitu tank T-34 yang diproduksi massal untuk menandingi tank Jerman yang sudah terkenal handal di medan pertempuran yaitu Panzer. Demikian juga senjata dan kendaraan lapis baja lainnya muncul.
3. Operasi Blue. Pelaksanaannya antara Juni 1942-September 1942. Adalah operasi militer Jerman yang bertujuan menguasai wilayah-wilayah Rusia yang memiliki sumber daya alam sangat banyak dengan maksud untuk memutuskan jalur suplay logistik bagi Tentara Merah. Hitler sudah mulai memahami kekuatan Rusia berada pada dukungan suplay logistiknya. Namun karena sumber daya alam Rusia sangat banyak dan tidak ada habis-habisnya membuat Tentara Merah tidak dapat dikalahkan dengan mudah. Wilayah yang menjadi sasaran Jerman pada operasi ini antara lain Stalingrad, Kaukasus dan juga pegunungan Ural yang menjadi pusat industri militer Soviet. Operasi ini juga tidak sepenuhnya mencapai sasaran karena Rusia sudah mulai membangun kembali pertahanannya serta telah melakukan beberapa kali serangan balasan yang mengakibatkan kekalahan tentara Jerman di beberapa front yang telah mereka kuasai. Tentunya hal ini membuat Hitler semakin emosi dan kembali memecat para Jenderalnya yang gagal dalam perang.

4. Stalingrad 1942. Ini adalah upaya Jerman untuk menguasai kota Stalingrad namun menimbulkan petaka yang cukup besar bagi the Panzer. Soviet telah mengetahui rencana Jerman untuk menguasai kota penting Soviet ini, dan Tentara Merah di bawah pimpinan Jenderal Vasily Chuikov yang terkenal kejam (karena tidak segan-segan menembak mati tentara Rusia yang takut bertempur) telah melakukan serangkaian upaya untuk menghambat dan mengalahkan Jerman yang memasuki Stalingrad. Yaitu menyambut Tentara Jerman dengan melaksanakan perang kota. Diantaranya memasang barikade di seluruh penjuru kota, memasang ranjau agar merusak lapis baja Jerman dan juga menyebarkan penembak jitu di seluruh lokasi ‘empuk di dalam kota. Betapa Jerman menjadi kebingungan dan menjadi kalang kabut setelah dijadikan sasaran empuk Tentara Rusia. Kembali lagi Jerman menalami kekalahan yang cukup besar dan berhasil menahan salah satu Jenderal Jerman yaitu Kolonel Jenderal Freiderich von Paulus.

5. The 3rd Battle of Kharkov. Kekalahan Jerman di Stalinrad membangkitkan kembali semangat Rusia dan berupaya mencari solusi dalam mengahadapi taktik perang Jerman yang sangat ampuh. Para insinyur Rusia berupaya menciptakan alat perang baru yang lebih hebat dari pada yang dimiliki oleh Jerman. Dan akhirnya perlahan-lahan Jerman dapat dipukul mundur dari beberapa wilayah yang telah dikuasainya dari Rusia pada kurun waktu 1942-1943. Tetapi oleh kehebatan salah satu Jenderal Jerman yaitu Marsekal Fritz Erich von Manstein terjadi perlawanan hebat tentara Jerman dalam mengahadapi serangan balik tentara Rusia. Dan wilayah yang tadinya direbut oleh Rusia dari Jerman dapat ditaklukkan kembali oleh Jerman. Di antaranya adalah wilayah Kharkov.

6. Operasi Citadel. Merupakan operasi ofensif yang terakhir tentara Jerman di wilayah Rusia sebelum mengalami kekalahan dan dipukul mundur terus hingga sampai ke wilayah Jerman. Sebelum datangnya musim panas pada tahun 1943 pihak Jerman dan Rusia saling merencanakan sebuah operasi besar-besaran yang dilaksanakan di Front Rusia. Jerman menyiapkan ribuan tank dan pesawat pembom serta mempertajam strategi penyerangannya. Sebaliknya dengan Rusia, juga menyiapkan kendaraan tank dengan jumlah yang sangat besar, menyiapkan pesawat-pesawat pembom dan membangun parit-parit pertahanan yang cukup panjang dan dalam untuk melumpuhkan tank-tank Jerman. Pada pertempuran ini terjadi pertempuran yang sangat besar dan sangat hebat. Pesawat-pesawat pembom dan tempur saling berhadapan dan demikian juga kendaraan lapis baja saling menembak hingga pelurunya habis dan terjadilah duel seru di medan perang dimana seluruh tank saling bertabrakan dan saling melindas hingga alat yang benar-benar kuatlah yang menang. Keadaan ini disadari oleh para Jenderal Jerman sebagai suatu kebodohan dan segera menarik pasukannya dari medan perang sebelum mengalami kekalahan yang lebih besar.

Keadaan ini berlanjut terus hingga Jerman mengalami kekalahan di berbagai front dan akhirnya dipukul mundur sampai ke wilayah Jerman. Demikianlah pada akhirnya pada tahun 1944 Hitler kecewa dan mengakui kekalahannya atas Soviet. Tidak hanya sampai di situ saja, Tentara Merah Soviet juga menyerang balik Jerman hingga dapat menaklukkan kota Berlin dan pada tanggal 30 April 1945 Hitler bunuh diri di dalam bunkernya.




@ Operasi Barbarossa, Ari Subiakto. Narasi, Cetakan Pertama 2008

Senin, 04 Mei 2009

AIR POWER UNTUK MENDUKUNG PEMERINTAH DAERAH

PENGEMBANGAN PERANAN KEKUATAN UDARA DALAM MENDUKUNG PEMERINTAH DAERAH DAN MENGATASI MASALAH SOSIAL

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terluas di dunia memiliki pulau sebanyak 17.498 pulau. Wilayah ini dibagi menjadi 38 wilayah propinsi yang menguasai wilayahnya masing-masing baik darat, lautan dan udara. Kondisi geografis wilayah Indonesia ini juga mengandung kekayaan alam yang sangat beraneka ragam dan dalam jumlah yang sangat banyak. Dengan demikian banyak kegiatan eksplorasi yang telah dilaksanakan untuk mengambil kekayaan alam tersebut untuk dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya kesejahteraan warga negara. Disamping adanya pengeksplorasian kekayaan alam yang ada tersebut, beberapa kali terjadi kejadian bencana alam dan musibah yang mengakibatkan terjadinya kerusakan alam maupun ekosistem di dalamnya seperti banjir bandang di daerah Sumatera Utara pada tahun 2002, banjir bandang di Makassar propinsi Sulawesi Selatan 2008, Jebolnya tanggul Bendungan Situ Gintung pada Maret 2009, Bencana Gempa dan Tsunami di Jokjakarta tahun 2006, Bencana Gempa dan Tsunami di Aceh pada akhir 2004, dan bencana banjir yang terjadi setiap tahun di ibukota Jakarta. Timbulnya korban dalam bencana tersebut memerlukan bantuan dan penanganan yang cepat dan bantuan yang dapat mengatasi kesulitan yang terjadi pada saat pelaksanaan penanganan bencana. Tidak dipungkiri lagi bahwa keadaan alam yang semakin tua dan rapuh sewaktu-waktu menimbulkan bencana baru bagi masyarakat. Termasuk adanya fenomena baru yaitu timbulnya beberapa wabah penyakit yang membahayakan di dalam masyarakat. Seperti Flu Burung, Demam Berdarah, dan yang terakhir sedang marak yaitu Flu Babi. Semua masalah masalah sosial yang disebutkan di atas merupakan permasalahan yang memerlukan keputusan dan penanganan yang sangat cepat dan akurat. Sehingga masyarakat yang menjadi korban maupun yang menyaksikan kejadian mempunyai penilaian terhadap instansi yang terkait dalam penangananannya.

Setiap daerah propinsi di seluruh wilayah Indonesia memiliki wilayah kerja yang luas dan penanganan untuk mengelola daerahnya pun tidak sama kemampuannya. Bagi pemerintah daerah/propinsi yang kaya, untuk menangani daerah-daerah yang luas akan mudah dengan memanfaatkan pendapatan dari pengelolaan sumberdaya yang ada. Namun sebaliknya terhadap propinsi yang minim sumberdaya apalagi wilayah kerja yang sangat luas. Hal ini tentunya menjadi suatu beban dan menjadi penghambat jalannya pembangunan apalagi jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam atau masalah sosial lain yang memaksa pemerintah daerah mengalihkan anggaran yang sedang berjalan.

Meskipun dalam penanganan kejadian bencana tiap-tiap daerah telah memiliki tim penanganan bencana alam dari Dinas Sosial maupun Lembaga/Instansi lainnya keterlibatan TNI masih belum bisa dilepaskan. Penanganan setiap kejadian penanganan bencana di negara kita ini, peranan TNI sangat dibutuhkan dan tidak dipungkiri hal ini disebabkan pengorganisasian di tubuh TNI sendiri yang sangat solid dibandingkan dengan organisasi sipil.

Pada masing-masing satuan kerja TNI yang ada di daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda untuk melaksanakan kegiatan bakti sosial dan bakti kemanusiaan. Penyelenggaraan pembinaan satuan kerja TNI Angkatan Udara yaitu Pangkalan Udara yang berjalan selama ini terkesan dikekang oleh Kotama sebagai pembina operasi dan Mabesau sehingga terkesan sangat tertutup dan mengeksklusifkan dirinya di daerah. Sehingga hal ini mempengaruhi optimalisasi hubungan kerjanya. Dengan demikian tidaklah heran bila sistem pertahanan kekuatan udara terkesan kurang merakyat di daerah-daerah. Padahal sistem pemerintahan daerah yang saat ini sudah menjalankan otonomi yang seharusnya dapat diberdayakan dengan optimal. Yang pada akhirnya masyarakat membangun air power versi sendiri-sendiri karena setiap daerah telah memiliki hak otonomi daerah yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk dapat mengcover seluruh wilayah Indonesia ini diperlukan kekuatan udara yang merata penggunaannya. Mengingat daerah yang sangat luas dan dipisahkan perairan, sebaiknya diserahkan pelaksanaannya kepada masing-masing propinsi untuk membangun air powernya sendiri-sendiri dengan satuan pelaksananya adalah Pangkalan udara setempat. Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai mana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Penyelenggaraan kekuatan udara yang dapat mendukung pemerintah daerah propinsi tersebut adalah berupa pesawat Surveilance, dukungan VIP (pejabat daerah), angkut ringan dan SAR. Pesawat Surveilance yang dimaksud adalah pesawat untuk melaksanakan Pengamatan udara dan maritim (Air and Maritim Surveillance) yaitu suatu pengamatan secara sistematik yang dilaksanakan baik terhadap ruang udara, permukaan daratan maupun peraiaran, lokasi atau tempat, sekelompok manusia atau obyek-obyek lain, baik dengan cara visual,aural, fotografi, elektronika ataupun dengan cara lain. . Ada 4 (empat) kemampuan air power ini, namun yang menjadi kemampuan inti pertama adalah dalam bidang eksploitasi informasi (information exploitation) . Selanjutnya pesawat untuk dukungan VIP yang dimaksud adalah pesawat yang dapat mendukung kegiatan pemerintah daerah dalam hal ini pejabat atau pimpinan daerah / propinsi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pesawat angkut adalah pesawat angkut jenis ringan/sedang yang disiagakan untuk mengangkut rombongan atau para pejabat daerah yang akan melaksanakan kunjungan ke daerah-daerah. Dan terakhir adalah perlunya pesawat angkut SAR untuk penanggulangan bencana alam, musibah kecelakaan, dan emergency lainnya.

Pemilihan type pesawat yang mendukung kegiatan-kegiatan di atas disesuaikan antara kebutuhan dengan karakteristik Kekuatan Udara yaitu keunggulan dan keterbatasannya. Keunggulannya antara lain Ketinggian, Kecepatan, Daya Jangkau, Fleksibilitas, Daya Terobos, Daya Tanggap, Pemusatan Kekuatan, Daya Penghancur, Presisi, Mobillitas dan Daya Kejut. Sedangkan keterbatasan kekuatan udara yang menjadi pertimbangan yaitu Ketergantungan pada Pangkalan Udara, Daya Angkut, Pembiayaan Mahal, Sensitif Terhadap Cuaca, Kerawanan, dan Ketergantungan Teknologi.

Untuk pelaksanaan Surveillance yang dimaksud adalah pelaksanaan pengamatan objek-objek tertentu yang telah ditetapkan di daerah. Penggunaannya diutamakan bagi daerah yang memiliki wilayah daratan maupun perairan yang cukup luas, terdapat sumberdaya alam atau potensi lain yang strategis dan terutama yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga. Sesuai dengan teori air power, pengamatan udara merupakan bagian dari kemampuan inti air power (core air power capabilities) yang disebut dengan eksploitasi informasi (information exploitation). Kemampuan pengamatan udara suatu negara pada dasarnya ditentukan oleh political will dari pemerintah dan good will dari semua pihak yang terkait, seperti halnya yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Tanpa adanya political will dari pemerintah dan saling pengertian antara Departemen yang terkait termasuk militer, maka pengamatan udara akan sulit dilaksanakan. Sedangkan type pesawat yang bisa melaksanakan tugas ini dapat dipilih type fix wing atau juga type rotary wing. Namun demi tercapainya jarak jangkau yang maksimal, ketinggian dan daya coverage yang optimal sebaiknya menggunakan pesawat jenis fix wing. Untuk kekurangannya adalah dibutuhkannya pangkalan udara yang memadai, endurance terbatas, dan terpengaruh cuaca. Jenis pesawat yang dapat melaksanakan tugas ini dapat dipilih dari antaranya yaitu P-3 Orion, C-212 Cassa, CN-235, Nimrod, Fokker 50, CN-235, Boeing 737, C-130 Hercules, dsb. Namun dalam peraturan negara kita diatur untuk menggunakan sumber daya yang ada semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan adanya industri pertahanan yaitu PT Dirgantara Indonesia. Pelaksanaan pengadaan barang dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, dan transparansi dengan mengutamakan produk dalam negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian pesawat CN-235 dapat dipilih untuk melaksanakan tugas ini. Bagi pesawat yang berkategori taktis (CN-235) melakukan pengamatan pada wilayah laut ZEE sampai dengan laut territorial dapat menggunakan sensor electro optical. Sedangkan pelaksanaan tugas dititik beratkan kepada Propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawasi Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Jadi setidaknya pesawat ini setidaknya dimiliki sebanyak 15 – 20 pesawat. Untuk pengendalian diserahkan kepada setiap propinsi sedangkan pembinaan tetap mengacu kepada kebijakan dari TNI Angkatan Udara sebagai Komponen Utama Kekuatan Pertahanan Udara Nasional.

Kebutuhan dukungan pesawat VIP dialokasikan kepada seluruh pejabat Gubernur Propinsi untuk mendukung pelaksanaan tugas ke daerah-daerah. Hal ini dilaksanakan untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan tugas dan pengawasannya. Jenis pesawat yang dapat mendukung kegiatan ini dapat dipilih dari jenis fix wing maupun rotary wing. Namun mengingat pelaksanaan sang kepala daerah sering ke tempat-tempat yang tidak memiliki landasan maka sebaiknya dipilih jenis rotary wing. Dan untuk jenis pesawat nya dapat dipilih helikopter antara lain type EC-120 Colibri. Mengingat jenis ini sudah dimiliki oleh TNI Angkatan Udara sebelumnya sehingga pemeliharaannya tidak perlu mengadakan yang baru lagi hanya perlu pengembangan.

Selanjutnya untuk mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam pelaksanaan tugas diperlukan pesawat angkut sedang / ringan. Tidak menutup kemungkinan adanya pelaksanaan tugas-tugas dengan rombongan yang banyak dan jarak tempuh yang jauh bila dilaksanakan melalui jalur darat ataupun jalur laut. Untuk hal ini mungkin diprioritaskan untuk Muspida dan para pejabat eselon di daerah dengan kapasitas 15 – 20 orang. Jenis pesawat yang dipilih sebaiknya jenis rotary wing yaitu NAS-332 Super Puma. Sedangkan daerah tugasnya meliputi seluruh Daerah Tingkat I Propinsi yang ada di Indonesia.

Dan tugas yang terakhir yaitu pelaksanaan dukungan SAR di semua daerah Tingkat I propinsi. Seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa seiring dengan berjalannya waktu, peluang terjadinya bencana alam ataupun musibah lainnya semakin meningkat akhir-akhir ini. Sehingga penanganan dan penanggulangannya harus optimal mengingat penanggulangan yang dilakukan saat ini masih terkesan belum optimal dan hanya penanggulangan di media darat dan laut. Dan penggunaan kekuatan udara masih harus menunggu keputusan dari pusat membuat penanganan terkesan lambat dan akhirnya mengurangi kredibilitas Pemerintah dan Angkatan Udara di mata masyarakat. Untuk menangani penanggulangan SAR ini dibutuhkan adanya koordinasi yang sinergi antara Satlak Bencana Alam, Basarnas, Departemen Sosial, dan TNI. TNI Angkatan Udara sebagai pengendali kekuatan udara dapat memainkan peranannya melaksanakan evakuasi, medis udara, atau suplay logistik ke daerah terjadinya bencana. Sehingga kerugian yang diakibatkan dapat semakin diperkecil. Untuk melakukan Dukungan SAR ini paling efektif dengan menggunakan pesawat jenis helikopter SA-330 PUMA. Sehingga daerah-daerah yang medannya sulit pun dapat terjangkau dalam waktu yang cepat. Untuk Disposisinya sendiri agar penggunakanaanya efektif adalah meliputi seluruh propinsi yang ada dalam rangkaian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seluruh kegiatan dukungan kekuatan kemampuan udara di seluruh daerah tingkat I Propinsi diharapkan akan mampu mewadahi kegiatan-kegiatan yang dimaksud. Hal ini dilaksanakan agar lebih mengefektifkan kinerja pimpinan daerah dalam pelaksanaan tugasnya. Selanjutnya dalam pemeliharaan dan pengendalian seluruh kegiatan ini juga akan diserahkan kepada masing-masing pimpinan daerah untuk membuat peraturan dan kebijakan yang dapat menciptakan kondisi kerja yang dinamis. Seperti kita ketahui bahwa di tiap-tiap propinsi saat ini sudah terdapat landasan pesawat yang sangat memadai dan bahkan sudah banyak propinsi yang memiliki landasan pesawat terbang lebih dari satu buah. Hal ini akan lebih mengefektifkan kegiatan penerbangan yang ada di daerah-daerah.

Kebutuhan akan alat transportasi yang cepat melalui media udara berupa pesawat terbang saat ini bukanlah suatu hal yang aneh lagi dan mustahil diwujudkan. Setiap orang mengharapkan adanya pemanfaatan waktu yang efektif dan menghasilkan nilai produksi yang optimal dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Dan Air Power saat ini tidak hanya terpaku kepada penggunaan operasi penerbangan bagi kepentingan militer saja. Menurut Marsekal (Purn) Saleh Basarah, Suryadarma sudah punya visi, bahwa armada angkutan sipil juga termasuk dalam kekuatan udara nasional. Dengan demikian, maka pembangunannya sangat penting untuk pembangunan kemampuan udara nasional. Lebih jauh dari itu, Suryadarma juga melihat bahwa pesawat yang dimiliki perorangan, atau yang di Amerika dimasukkan dalam kategori general aviation pun masuk dalam kategori air power, dan karena itu juga perlu dibina untuk memperkuat kemampuan udara nasional ini.

Dari seluruh pembahasan mengenai penggunaan kekuatan udara untuk mendukung pemerintah daerah dan mengatasi masalah sosial maka dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah juga harus dapat mengembangkan kekuatan udaranya sendiri untuk mendukung kegiatan dan tugas pokok pemerintah daerah dan mengatasi terjadinya masalah-masalah sosial lainnya di wilayah kerjanya. Sehingga pelaksanaannya pemberian bantuan kepada masyarakat, peninjauan fasilitas dinas, maupun kegiatan operasi lainnya di jajaran pemerintahan daerah semakin optimal. Dan bila terjadi sesuatu yang sangat mendesak dapat segera diberikan penanganan dan keputusan yang tepat tanpa harus menunggu keputusan atau kebijakan dari pusat. Dengan harapan pelaksanaan tugas pemerintahan dapat berjalan dengan optimal, demikian juga tugas TNI Angkatan Udara akan dapat dilaksanakan secara profesional.

Jakarta, Mei 200

Frans Siregar

Rabu, 15 April 2009

FJ 40 vs BJ 40



FJ 40 vs BJ 40
1. Perbedaan yang Paling mendasar dari FJ40 dan BJ40 yang ada di Indonesia terletak pada mesin. FJ40 dilengkapi mesin 6 silinder 4.230 cc liter, sedangkan BJ 40 bermesin diesel 1B dengan kapasitas 2.977 cc.
Setiap negara memiliki spesifikasi tersendiri, sebagai contoh di Australia BJ40 memakai pelek ring 16 inchi. Sedangkan versi lokal hanya dilengkapi dengan pelek ring 15 inchi. Selain itu perbedaan ada pada aksesori, semisal speedometer, kaca spion, sampai kaca jendela.
(Majalah JIP edisi 144 Januari 2009).


Selasa, 14 April 2009

SIREGAR SILALI No.17



Selaku orang Batak saya menampilkan silsilah saya. Barangkali dari antara anda semua ada yang masih satu Nenek Moyang dengan saya. Dari si Raja Batak menurunkan si Raja Lontung selanjutnya menurunkan Toga Siregar dan selanjutnya seperti yang tertera dalam gambar...
Siregar Silali dan selanjutnya saya keturunan yang ke 17. Untuk lebih jelas di 'klik' aja gambarnya...